Manchester United Menang 2-1, Paris Memang Romantis
Dunia berbalik. Malam itu jadi malam panjang buat fans Manchester United. Mereka seolah malas untuk tidur lagi karena euforia yang sangat besar. Bagaimana tidak, from hero to zero.
Dan memang malam manis itu jadi satu-satunya laga paling patut dikenang sepanjang musim 2018/19 Manchester United. Selain pemecatan Jose Mourinho pada Desember sebelumnya.
Usai kemenangan itu, Ole langsung dipermanenkan. Padahal perjanjian awalnya, ia akan magang sampai akhir musim. Sisa musim setelah itu selanjutnya jadi sejarah. Sejarah kelam.
Mengulang Keajaiban
Awal musim ini, ketika drawing pembagian grup UCL dilakukan. Manchester United jadi omongan. MU diprediksi hanya akan jadi pemanis grup. Yang pada akhirnya akan menempati peringkat ketiga dan terlempar ke UEL. Kompetisi Eropa kasta kedua itu.
Di Grup H, Manchester United akan berhadapan dengan PSG, RB Liepzig, dan Istanbul Besaksehir. PSG dan Liepzig jelas difavoritkan lolos ke fase knok out. MU? Heuheuheu.
21 Oktober waktu Indonesia. Laga perdana fase grup dimulai. Manchester United langsung berhadapan dengan PSG. Di Paris juga mainnya. Penampilan Manchester United sejauh musim berjalan memang masih amburadul.
Kalah 3-1 atas Palace di laga perdana Liga Premier. Menang 3-0 atas Luton Town di Piala Liga. Menang 2 kali atas Brighton di ajang liga dan Piala Liga, dibantai Spurs 6-1 di Liga Premier, dan terakhir menang 4-1 atas Newcastle di liga.
Performa naik turun itu jelas tak cukup untuk meladeni PSG yang barisan serangnya sedang komplit. Neymar, Mbappe, dan Di Maria sedang on fire.
Lagi-lagi MU dinaungi pesimistis. Tapi lagi-lagi juga, Ole membuat formasi aneh. Kembali dipasang Fred dan Tominay di starting line up. Padahal di laga normal, keduanya hanyalah pemain pelapis.
Makin aneh ketika Matic, Pogba, dan Van dee Beek malah dicadangkan. Padahal ketiganya sedang bugar. Dan dalam kondisi normal lagi, semestinya dua dari ketiganya dipasang menemani Bruno Fernandes di tengah.
Rupanya, Ole sengaja ingin bermain pasif. Maka dipasanglah Tominay dan Fred. Keduanya dikenal memiliki etos dan daya jelajah tinggi. Walau secara skill masih b aja. Tominay secara khusus ditugaskan untuk mengantungi Neymar. Yang memang di laga itu ia dibuat tak berkutik. Dribblenya kerap patah.
Sementara Fred lebih dibebaskan berlarian ke sana-sini. Merebut bola dari setiap pemain PSG yang hendak menyerang. Urusan lari sana-sini ini, memang jadi passionnya Fred.
Di barisan 3 bek, ada Tuanzebe yang menjalani debut musim ini. Lindelof yang penampilannya sedang disorot. Dan Shaw yang mendadak dijadikan bek tengah.
Di sisi sayap, ada debutan Alex Telles dan Wan-Bissaka. Secara khusus, Tuanzebe diminta untuk menjaga ketat Mbappe. Yang anehnya sepanjang laga tak melakukan switch position ke sayap kanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: