GeNose, Si Pengendus Coronavirus
Produksi massal pendeteksi COVID-19 buatan Indonesia bakal diproduksi massal bulan depan. Para ilmuwan yang tergabung dalam Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 telah merampungkan uji coba. Alat itu digadang menggantikan metode rapid test yang selama ini menjadi rujukan. Ia diklaim bisa melacak corona hanya dalam hitungan detik. Dari 150 peneliti yang terlibat, dua diantaranya berasal dari Kalimantan Timur.
nomorsatukaltim.com - Dokter Swandari Paramita M. Kes dari Fakultas Kedokteran dan Islamudin dari Fakultas Farmasi Univesitas Mulawarman merupakan dua peneliti yang terlibat dalam riset itu. Keduanya turun tangan sejak tim riset dibentuk, Maret lalu.
Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 melakukan penelitian dan inovasi di bidang pencegahan, skrining dan diagnosis, alat kesehatan dan pendukung, serta obat dan terapi.
Alat deteksi Berna GeNose merupakan salah satu produk yang dihasilkan.
“Saat ini, tim yang dipimpin UGM masih mencari mitra industri yang siap memproduksi alat deteksi GeNose dalam skala besar,” kata dokter Swandari Paramita.
GeNose, kata Swandari hanya sebagai alat screening awal, layaknya rapid test.
“Karena aturan penegakan diagnosis COVID-19 yang ditetapkan oleh WHO adalah swab PCR. Jadi tidak bisa digantikan," jelasnya.
GeNose menjadi alternatif menggantikan rapid test. Yang pengujiannya tanpa pengambilan darah. Melainkan melalui embusan napas. Sehingga bisa dilakukan untuk anak-anak atau tes dalam jumlah massa yang besar.
Selain GeNose, saat ini Konsorsium Riset juga terus meneliti tanaman herbal khas Kaltim untuk suplemen COVID-19.
"Tapi tujuannya sama. Konsorsium riset itu, digerakkan bersama untuk penanggulangan COVID-19," imbuh Swandari.
Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 mendapat pendanaan khusus untuk menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat membantu pemerintah dalam penanggulangan COVID-19 di Indonesia.
Selain GeNose, sampai saat ini, sudah ada 50 produk yang dilunsurkan. Di antaranya adalah Robot Perawat Kesehatan RAISA. Kolaborasi dari ITS dan Unair. Rapid Diagnostic Test Microchip, Viral Transport Medium, Plasmid Eijkman Control for COVID-19 (pECoC-19) dan masih banyak lagi.
Untuk hasil risetnya sendiri, kata dia saat ini masih menunggu kerja sama dengan mitra industri. Untuk diproduksi secara masif dan pengurusan izin edar. Saat ini uji diagnosis masih dilakukan di sembilan rumah sakit.
"Kalau surat kelayakan uji fungsi dari alat ini sudah keluar dan komite etik sudah oke, pertengahan November (2020) sudah bisa mulai mass production," kata Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Dian Kesumapramudya Nurputra, dirilis Antara (12/10).
CARA KERJA
Dian Kesumapramudya Nurputra, menjelaskan, GeNose bekerja dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi coronavirus yang keluar bersama napas, melalui embusan napas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: