IKLH Baik, tapi Air Tercemar
AIR sungai di Kabupaten Berau masuk kategori tercemar ringan.(DOK)
TANJUNG REDEB, DISWAY - Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten Berau, memasuki klasifikasi baik dengan poin 81,84. Hasil tersebut, berasal dari tiga indikator. Yaitu air, udara dan tutupan lahan di Bumi Batiwakkal.
Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, dari ketiga rincian tersebut, hanya air yang masuk dalam klasifikasi cemar ringan dengan indeks sebesar 3,06 di tahun 2019. Klasifikasi tercemar ringan bertahan sejak tahun 2013.
Untuk udara, nilai indeksnya yaitu 89 dengan klasifikasi bagus, begitu juga dengan tutupan lahan mencapai poin 91 yang masih tertinggi di Kalimantan Timur. Dari data tersebut, nilai indeks berubah-ubah, namun rerata secara keseluruhan IKLH Berau masuk dalam klasifikasi Baik.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan Hidup DLHK Berau, Rahmadi menjelaskan, permasalahan indeks kualitas lingkungan hidup masih perlu diperbaiki lagi terutama untuk indikator air. Apalagi, air menjadi salah satu lingkungan yang mudah tercemar, dengan adanya limbah yang berasal dari perusahaan dan domestik.
“Untuk mengukur indeks air, kami dalam satu tahun dua kali mengambil sampel di 18 sungai di Berau, dan mengujinya di laboratorium. Hasilnya memang masih harus kita ubah agar menjadi kategori tidak tercemar,” jelasnya kepada Disway Berau, Senin (5/10)
Limbah besar yang memengaruhi pencemaran air terbagi berdasarkan limbah domestik, rumah tangga, limbah perusahaan baik tambang dan perkebunan, termasuk limbah yang berasal dari rumah makan dan perhotelan di Berau.
Bagi perusahaan yang besar dan patuh, mereka diharapkan memiliki Water Monitoring Point (WMP) semacam instalasi pengelolaan limbah. Namun, yang perlu diperhatikan lebih adalah limbah domestik dan memaksimalkan peran masyarakat secara nyata. Sedangkan pihaknya telah memaksimalkan untuk mendata terkhususnya pada rumah makan dan hotel.
“Jadi kami memonitoring hotel dan rumah makan, bagaimana mereka dalam per hari estimasi limbah yang dihasilkan,” jelasnya.
Terkait air, mereka mengakui masih harus bekerja keras, dengan meminta dukungan pihak perusahaan, rumah tangga serta pihak lintas sektor terkait. Sebab, mayoritas masyarakat menggunakan air untuk kehidupan sehari-hari. Tentu saja, jika pencemaran semakin buruk, akan berhubungan lagi dengan kesehatan manusia.
Berbeda dengan air, indeks udara masuk dalam kategori baik melihat industri di Kabupaten Berau tidak begitu banyak dan polusi juga tidak tinggi. Di tahun 2020 mereka mengambil 4 kali sampel dengan menggunakan passive sampel pada 4 wilayah meliputi industri, transportasi pemukiman dan perkantoran.
Rahmadi menjelaskan, ancaman pencemaran udara di Kabupaten Berau sendiri tidak begitu besar, kecuali dalam 5 tahun sekali, ketika kemarau panjang yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang pernah terjadi.
Kemudian, hal yang terpenting lainnya, mereka perlu memiliki alat untuk pemantau udara setiap saat, sehingga dapat mengetahui bagaimana kondisi udara Berau ketika adanya bencana seperti kebakaran yang bisa saja terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: