Kronologi Awal Polisi dan Demonstran di Samarinda Berujung di Ring Tinju

Kronologi Awal Polisi dan Demonstran di Samarinda Berujung di Ring Tinju

Bripda Arjun saat berada di atas ring. -Gatan/disway-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Awal mula pertemuan polisi dan mahasiswa Samarinda di atas ring tinju tidak terjadi begitu saja. Tensi panah terjadi saat keduanya bertatap muka ketika aksi demonstrasi.

Begitu kenang Bripda Muhammad Nur Arjun Amrullah, anggota Sabhara Polresta Samarinda, saat dipertemukan dengan Muhammad Wibisono, eks mahasiswa yang terlibat demonstrasi.

Perseteruan keduanya terjadi saat aksi protes pada Agustus 2024 lalu. Hingga akhirnya menemukan titik penyelesaian yang unik di atas ring tinju dalam sebuah pertandingan bertajuk Koar-Koar Student Fight Night Vol 3 pada 14 Desember lalu.  

Aksi massa kala itu digelar untuk menyoroti isu politik dinasti. Ribuan mahasiswa berkumpul di depan gedung DPR dengan membawa berbagai atribut, spanduk, dan yel-yel protes.  Namun, suasana berubah ricuh ketika sebagian demonstran mulai merusak fasilitas umum. Seperti pagar besi yang menjadi pembatas kawasan aksi.  

BACA JUGA:Bukan di Jalanan, Polisi dan Demonstran Selesaikan Masalah di Atas Ring Tinju

“Pagar besi itu didobrak dengan menggunakan tiang lampu dan besi. Bahkan, tralis yang lepas dipakai untuk mendobrak barisan kami. Beruntung, kami menggunakan tameng, tetapi ada rekan kami yang terkapar akibat benturan,” ujar Bripda Arjun saat mengenang momen tersebut.  

Dalam situasi itu, aparat kepolisian mencoba mengamankan situasi. Beberapa mahasiswa yang menjadi perwakilan organisasi menyampaikan aspirasinya secara tertib ke dalam gedung.

Namun, lain halnya dengan Wibisono yang justru memilih tetap berada di luar dan terus melontarkan provokasi hingga caci maki ke arah aparat yang berjaga.  

BACA JUGA:Simon Torres Sinaga: Sempat Dilarang Keluarga, Kini Justru jadi Duta Olahraga Kaltim 2024

“Wibisono tidak bergabung dengan yang masuk ke dalam untuk menyampaikan aspirasi. Dia hanya berteriak, mencaci maki, bahkan menantang kami secara personal,” jelas Arjun.    

Salah satu momen yang menjadi perhatian publik adalah sebuah video yang sempat tersebar di media sosial. Dalam rekaman itu, Wibisono terlihat berdiri di depan barisan aparat sambil menunjuk dan berteriak: “Woi keluar kamu, lepas atributmu. Kita kelahi di luar!”  

Sebenarnya emosi Arjun tersulut saat mendengar ajakan itu. Tapi sebagai aparat, ia harus menjaga profesionalisme dan marwah kepolisian. Arju pun memilih tidak meladeninya. Arjun mengakui bahwa situasi tersebut sempat memancing emosinya.

“Saya tidak bisa meladeninya. Entah di belakang, apalagi di depan massa. Itu bukan cara yang benar,” jelasnya.

Dalam sebuah sesi face-off sebelum pertandingan tinju, Wibisono ditanya mengenai alasan demonya. Jawabannya justru memperlihatkan bahwa ia kurang memahami konteks aksi tersebut.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: