Pasar Kian Optimistis, Ritel Manjakan Pembeli dengan Potongan Harga

Pasar Kian Optimistis, Ritel Manjakan Pembeli dengan Potongan Harga

Optimisme pasar kembali naik setelah dihantam dampak pandemi.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Virus Corona begitu memengaruhi banyak kehidupan individu. Dari kesehatan, pendidikan hingga ekonomi. Terbukti roda perekonomian melambat, omzet turun, dan lapangan usaha berkurang.

Kondisi ekonomi yang terpukul sudah pasti di dalamnya ada industri ritel. Untuk bertahan, pemimpin perusahaan dan bisnis yang bergerak di bidang ritel mencari cara ampuh untuk mempertahankan profitabilitas mereka.

Untuk mempertahankan omzet, tentu harus menghadapi beberapa hambatan. Berbagai hambatan seperti penurunan daya beli masyarakat hingga masalah operasional. Dan persoalan tersebut harus diatasi oleh perusahaan.

Baca Juga: Proyeksi Ekonomi Kaltim

Menurut data Bank Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur. Hasil survei konsumen pada bulan Agustus 2020 mulai menunjukkan indeks keyakinan konsumen sudah melewati titik terendahnya. Meskipun belum mencapai level optimis.

Diproyeksi ekspektasi konsumen terhadap ekonomi ke depan sudah sangat optimis. Bahkan berada pada level tinggi dari level sebelumnya.

Di Balikpapan, penjualan sejumlah ritel modern sangat terpukul. Penurunan omzet penjualan dari 10 hingga 50 persen di awal masa pandemi.

Di masa pelonggaran aktivitas perlahan bergerak, namun belum signifikan. Angka masih menunjukkan penurunan lebih dari 50 persen. Apabila dibandingkan pada tahun sebelumnya atau dalam kondisi normal.

“Penjualan selama pandemi turun drastis. Turun sampai 60 persen dari tahun sebelumnya. Kunjungan turun otomatis mempengaruhi omzet penjualan,” kata Kepala Toko Ramayana Balikpapan Dikky Pratama saat dijumpai Rabu (30/9).

Menurut Dikky, penurunan penjualan terjadi karena kebijakan pengetatan aktivitas berada di luar. Ditambah daya beli masyakarat mengalami penurunan. “Kalau dulunya bisa beli beberapa lembar. Kini hanya membeli satu lembar pakaian,” sebutnya.

Penurunan drastis terjadi pada penjualan di supermarket maupun segmen fesyen. “Pengaruh paling besar di fesyen. Utamanya fesyen pada pakaian anak dan wanita,” ujar Dikky. Untuk fesyen pria masih diminati. Kemudian kebutuhan pokok juga masih ada pembelinya. Saat pelonggaran mulai diberlakukan. Tingkat transaksi belum terlihat mengalami kenaikan signifikan. Namun sedikit ada pergerakan.

Untuk mempertahankan omzet. Pihaknya memiliki beberapa strategi. Di antaranya dengan memberikan potongan harga atau promo. Kemudian penjualan dilakukan dengan online baik melalui media sosial maupun marketplace.

Strategi lainnya, adalah melakukan efisiensi. Dikky menyebut efisien operasional dalam satu bulan. Untuk pengeluaran operasional dalam satu bulannya pihaknya harus mengeluarkan kurang lebih Rp 500 juta. “Itu untuk listrik, air, gaji karyawan dan lainnya. Di sini kami juga sewa,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: