Pjs Bupati Kutim Sedih di Hari Pertama Kerja, Ini Sebabnya

Pjs Bupati Kutim Sedih di Hari Pertama Kerja, Ini Sebabnya

Kutim, nomorsatukaltim.com – Pjs. Bupati Kutim Jauhar Efendi tentulah sangat antusias di hari pertamanya bekerja. Di masa jabatannya yang hanya 71 hari itu. Jauhar tentu segalanya berjalan baik-baik saja.

Senin (28/9/2020) pagi. Di hari pertamanya memimpin Kutim. Ia menggelar coffe morning. Berkenalan dengan para pemangku kepentingan. Sekaligus ingin mendengar lebih jauh seperti apa kondisi Kutim. Kabupaten terkaya ke-6 versi BPS tahun 2018. Yang datanya dirilis tahun lalu itu.

Tapi, ekspektasinya langsung patah. Begitu tahu ada beberapa hal di Kutim yang belum sesuai harapannya. Sesuatu yang tak pernah ia dengar dari Kantor Gubernur Kaltim. Ia mengaku sedih.

"Salah satunya terkait honor TK2D yang dinilai masih rendah. Dibandingkan dengan Provinsi. Saya jadi sedih setelah tahu ini. Hal tersebut harus kita pikirkan bersama di anggaran 2021," jelasnya.

Hal lainnya. Masih berkaitan dengan kebijakan anggaran. Adalah ternyata masih banyak aset Pemkab. Berupa kendaraan dinas yang masih dipakai oleh pensiunan pejabat. Belum dikembalikan.

"Ini harus kita tertibkan. Kemudian nanti setelah ditarik kita bagikan ke SKPD yang membutuhkan. Yang selama ini tidak didukung oleh kendaraan operasional, karena kita tidak mungkin mengadakan mobil dinas (Mobdin) baru saat ini," lanjutnyanya.

Kesedihan Jauhar tak sampai di situ saja. Ternyata ada hal lain yang mengganggu pikirannya. Lagi-lagi soal kebijakan anggaran. Tapi yang ini tatarannya di kecamatan. Jenjang pemerintahan di bawah Pemkab.

Berawal dari ‘curhat’ salah seorang camat. Yang bilang anggaran kecamatan belum memadai. Bahkan ada satu bidang yang tidak miliki anggaran sama sekali.

Jauhar tahu benar kegelisahan itu. Sebelum menduduki jabatan  Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemprov Kaltim. Ia pernah menjabat sebagai camat selama 23 tahun.

Bukan waktu yang sebentar untuk tahu bahwa kecamatan adalah garda terdepan Pemkab. Untuk menjalankan visi misi di lingkup daerah yang lebih kecil. Besar kecilnya anggaran kecamatan akan berdampak pada kesampaian program kerja yang disusun di kantor bupati.

Hal lain yang membuat Jauhar sedih adalah kecilnya anggaran ditiap kecamatan bahkan salah satu camat menyampaikan bahwa satu bidang tidak memiliki anggaran.

Baca juga: Pasien COVID-19 Terus Meningkat, RSD Wisma Atlet Masih Aman

"Bahkan tadi ada satu bidang di kecamatan tidak ada anggarannya. Lantas bagaimana kita bisa mengukur kinerja mereka, ini pun menjadi tugas kita pelan-pelan ini harus kita bedah," pungkasnya.  (fs/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: