Hujatan Tahunan

Hujatan Tahunan

Memang Tiongkok sedang berlari dengan lekas. Tapi apakah itu karena Amerika lagi melambat?

Panasnya keadaan menjelang Pemilu di Amerika sekarang ini setidaknya cermin dari kegelisahan itu.

Kelompok tertentu di sayap kanan —yang mendukung Trump— lagi menyiapkan konsep baru. Yakni agar lembaga kepresidenan di Amerika bisa lebih berkuasa. Bisa lebih kuat. Agar seorang presiden bisa membuat keputusan cepat – -untuk jangan sampai terkejar Tiongkok.

Kelompok itu, dimotori Menlu Mike Pompeo dan Jaksa Agung William Barr, juga menginginkan agar pemerintah pusat (pemerintah federal) bisa lebih kuat di mata pemerintah daerah (negara bagian).

Sekarang ini pemerintah pusat juga lagi ingin memperkarakan wali kota Seattle. Sang wali kota dianggap melakukan pembiaran. Bagaimana bisa, penduduk enam blok di kota itu memisahkan diri dari Pemda. Untuk menjadi kawasan Unincorporated —tidak boleh ada polisi masuk ke kawasan itu.

Pemerintah pusat juga lagi menyiapkan berbagai gugatan kepada kepala daerah yang membiarkan demo-demo. Padahal, kata Barr, Pemda bisa mengenakan pasal pidana melakukan provokasi kepada para pendemo itu.

Tapi untuk bisa mengubah Amerika, kelompok ini memerlukan kemenangan Pemilu di banyak cabang kekuasaan: Presiden Donald Trump harus menang Pilpres lagi. Senat (DPD) harus tetap dikuasai Republik. House (DPR) harus direbut dari Demokrat.
Dan Mahkamah Agung harus diisi orang-orang yang pro Trump.

Karena itu Trump segera mencalonkan hakim agung yang baru, —Amy Coney Barrett yang konservatif— untuk mengganti Ruth Bader Ginsburg yang baru saja meninggal dunia.

Karena itu Pemilu sekarang ini amat hidup-mati bagi kelompok kanan.

Kekuasaan presiden yang terbatas seperti sekarang dianggap menghambat kemajuan. Trump kelihatan begitu iri kepada Xi Jinping —yang semua kata-katanya harus terwujud di lapangan.

Demikian juga betapa kesal Trump melihat pemerintah pusat yang tidak bergigi di mata negara bagian.

Maka Pilpres sebulan lagi ini harus dimenangkan incumben. Bahkan Trump sudah nekad: tidak mau meninggalkan Gedung Putih kalau dikalahkan oleh Pemilu yang ia anggap tidak beres.

Trump sudah mencurigai Demokrat akan curang: lewat kartu suara yang dikirim dengan pos.

Trump juga bertekad akan melawan sistem penghitungan suara yang melebihi jam yang ditentukan. Ia akan minta Mahkamah Agung yang memutuskan syah tidaknya perhitungan suara itu.

Trump juga akan mengerahkan jaksa federal untuk menggugat semua negara bagian yang ia anggap penghitungan suaranya tidak beres.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: