Problematika 7 Bulan Belajar Daring di Kaltim

Problematika 7 Bulan Belajar Daring di Kaltim

Belajar Daring. Bagi siswa tingkat SMA atau mahasiswa. Belajar daring rasanya tak menjadi soal besar. Mereka sudah piawai menggunakan ponsel dan internet. Mengarahkannya juga lebih mudah. Karena usianya sudah cukup untuk menjalani metode seperti ini. Tapi yang dialami oleh siswa SD dan SMP jelas berbeda. Yang repot bukan hanya siswanya. Orang tuanya yang kini lebih pusing. Pusing mengisi kuotanya, pusing mengajarinya.

SUNARTI lebih rajin membaca sekarang. Lebih khususnya selama masa pandemi. Sejak aktivitas belajar tak lagi di sekolah lagi.

Wanita kelahiran Nganjuk 37 tahun lalu itu hampir hari-hari membaca. Yang dibaca buku sekolah pelajar kelas 3 Sekolah Dasar.

Sunarti kini jadi guru. Padahal bukan lulusan Fakultas Keguruan. Hanya jeblosan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pulau Jawa sana. Ia jadi guru sesungguhnya selama pandemi COVID-19. Membimbing putrinya belajar dari rumah. Yang hari-hari diberikan tugas dari guru kelasnya.

"Mumet toh, Kak. Besok dikumpul soalnya," keluh Sunarti dengan aksen Jawa kentalnya itu.

Tugas diberikan secara virtual. Yang diarahkan sang guru. Sebentar saja. Lalu para murid diminta kerjakan tugas berlembar-lembar. Setiap hari. Seminggu sekali lembar-lembaran yang banyak itu dikumpulkan.

"Tidak kaya sekolah, guru cuman kasih tugas saja," ketus warga RT 25, Jalan Ir Soekarno Hatta, Kelurahan Telihan, Kecamatan Bontang Barat itu.

Jadi tidak ada belajar online. Yang ada hanya orang tuanya belajar. Mengerjakan tugas-tugas anak mereka. Toh asalkan jadi. Kumpul tugas. Dan dapat nilai.

Dulu di awal-awal. Para murid video call dengan guru mereka. Dalam satu jaringan internet sama-sama. Tapi dikeluhkan.  Karena biaya internet membengkak. Bisa berjam-jam. Belum lagi jaringan internet tak stabil. Akhirnya polanya diubah.

Sejak saat itulah guru tak lagi mengajar sesungguhnya. Hanya memberi tugas saja. Tanpa peduli murid paham atau tidak. Asalkan tugas selesai tepat waktu.

Harapan internet gratis dari pemerintah dinanti sekali. Supaya pola pengajaran tak lagi hanya kerja tugas saja. Sunarti ingin lebih interaktif. Layaknya di dalam kelas. Guru mengajar dan dibimbing mengerjakan tugas-tugas sekolah.

"Belum ada kuota internet gratisnya, kemarin sih dengarnya nanti akan dikasih. Tapi enggak tahu kapan," ungkapnya.

*

SULIT AWASI ANAK

Sejak pertengahan Maret 2020 lalu. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) resmi meniadakan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka. Dan menggantinya dengan belajar secara online atau daring. Buntut dari penyebaran COVID-19 di Kukar.

Memang keputusan tersebut, dianggap menjadi opsi terbaik, di tengah pandemi COVID-19. Namun tentu ada konsekuensinya. Kini orang tua murid, harus dipusingkan dengan kebutuhan kuota internet. Yang menunjang kegiatan belajar mengajar secara daring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: