Terpaksa Banting Setir Jadi Nelayan

Terpaksa Banting Setir Jadi Nelayan

Illustrasi. Salah satu toko suvenir di Kabupaten Berau.

Tanjung Redeb, Disway - Sahlina sepakat bila Pemerintah Kabupaten Berau menutup tempat wisata. Bila kasus konfirmasi COCID-19 makin bertambah. Walau itu berimbas pada usahanya. Sebagai penjual suvenir.

Menjual suvenir sudah dilakoninya selama 10 tahun. Di salah satu destinasi wisata di Derawan. Memang dilematik. Namun demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Menghindari munculnya klaster baru.

Pada Maret 2020 lalu, pemerintahan kampung menutup destinasi. Resort dan rumah makan semuanya ditutup.

Berimbas pada kebijakan merumahkan karyawan. Termasuk yang dilakukan Sahlina.

“Merumahkan karyawan sementara. Karena benar-benar sulit.

Tidak ada pemasukan karena toko ditutup," jelasnya kepada Disway Berau, Minggu (13/9).

Penutupan tempat wisata, dan juga toko Sahlina membuat ia dan suaminya banting setir. Menjadi nelayan. Hanya itu yang paling bisa dilakukan di pulau tersebut. Saat pandemik.

Mengharapkan pembeli suvenir dari warga lokal Derawan tidak bisa diandalkan. Walau kadang ada yang berminat. "Tapi sangat jarang," ungkapnya.

Sahlina mulai bersemangat kembali. Saat objek wisata dibuka kembali. Agustus lalu. Namun pendapatannya tak secemerlang sebelumnya. Sebab wisatawan yang datang dari Kabupaten Berau sendiri.

“Kemarin pas dibuka ada satu dua pembeli. Sebab biasanya wisatawan yang membeli suvenir sebagai oleh-oleh mayoritas dari luar Berau. Kalau warga Berau ke Derawan hanya untuk mengisi waktu libur. Kurang tertarik beli suvenir," tandasnya,

Sebelum pandemik, Sahlina mengaku bisa mendapatkan pendapatan bersih Rp 5 juta per bulan.

Penjual suvenir lainnya di Derawan, Ririn mengatakan hal sama. Meski enggan menyebutkan omzet per bulan, ia mengaku penurunan omzet hingga 70 persen.

“Saya sempat menutup toko. Karena tolok ukurnya adalah kunjungan wisatawan dari luar Berau. Ketika ada pembatasan, termasuk penerbangan, menutup toko adalah pilihan terbaik. Sambil mencari usaha lain.

Ririn juga bercerita, mengandalkan pembeli lokal Berau sulit.

Karena oleh-oleh khas Berau, sehingga yang berminat adalah warga di luar Berau. "Sebelum adanya COVID-19, tak jarang tamu pemda diantar mencari suvenir khas Berau. Termasuk di temapt saya," ujarnya. (RAP)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: