Honor THL Medis di PPU Layak Naik

Honor THL Medis di PPU Layak Naik

Ilustrasi: Dengan besarnya risiko yang ditanggung tenaga medis. Gaji Rp 1,7 Juta dianggap kurang layak. (Andi M. Hafizh) PPU, nomorsatukaltim.com - DPRD Penajam Paser Utara (PPU) mendorong kenaikan honor tenaga harian lepas (THL) di sektor medis. Karena risikonya tinggi tertular penyakit. "Bukan hanya saat menangani COVID-19 saja," ujar Anggota Komisi II DPRD PPU, Sujiati. Politisi Partai Gerindra ini menuturkan gaji mereka saat ini belum layak. Belum ideal jika dibandingkan dengan risiko yang dihadapi. "Jika risiko itu dibandingkan dengan gaji mereka, sangat tidak layak. Miris saya," sambungnya. Adapun rata-rata gaji THL medis sekira Rp 1,7 juta per bulan. Kenaikan yang diusulkan ialah sekira minimal Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Kenaikan itu untuk semua THL medis yang ada di PPU. Baik yang bekerja di rumah sakit atau puskesmas. Jumlahnya sekira ratusan. Rapat dengar pendapat (RDP) sudah dua kali tergelar. Dibahas bersama Dinas Kesehatan (Diskes) PPU dan RSUD Ratu Aji Putri Botung. "Dalam rapat pertama sudah disepakati, bahwa Diskes bersama dengan rumah sakit akan membuat acuan peningkatan gaji," jelasnya. Dalam RDP keduanya, acuan telah dibuat. Selanjutnya Diskes PPU saat ini tengah mempersiapkan tlanstaf (pengajuan) terkait hal itu. Prosesnya hingga kini masih berkoordinasi dengan Badan Keuangan (BK) dan Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) PPU. Kemudian, usulan kenaikan gaji ini boleh-boleh saja. Bergantung dengan kemampuan daerah. Artinya, atas usulan ini akan disesuaikan anggaran pemerintah. Ia rasa, kemampuan APBD PPU masih mumpuni. "Ini demi mereka agar mendapatkan hak yang layak sesuai dengan poksi mereka. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga. Ya kita perjuangkan dulu," terang Sujiati. Lebih lanjut, anggota dewan perempuan satu-satunya ini menilai hal itu perlu diambil. Pun, tak hanya THL medis. Namun juga THL lainnya. Namun begitu, yang urgen saat ini ialah tenaga medis. "Bukan kita membedakan THL-nya. Tapi kita membedakan  yang risikonya tinggi dengan yang tidak," urainya. Apalagi, ia sudah kerap kali mendengar keluhan terkait hal ini. Baik yang disampaikan secara formal maupun tidak. Hanya saja, para THL itu tidak berani mengungkapkannya secara frontal. "Mereka memang tidak berani terlalu aktif," tutupnya. (rsy/ava).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: