Dapat Sembuhkan Pasien COVID-19, RSKD Kekurangan Donor Plasma Darah

Dapat Sembuhkan Pasien COVID-19, RSKD Kekurangan Donor Plasma Darah

“Kami sangat mengharapkan partisipasi bapak/ibu yang pernah mengalami COVID-19 dan sudah terkonfirmasi negatif dengan swab, untuk bergabung dengan kami. Memberikan plasmanya bagi saudara kita yang kritis di ICU.”

Pernyataan itu disampaikan Kepala Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD), dr Tika Adilistya SpPK, dalam rekaman video yang disebarkan Pemerintah Kota Balikpapan, baru-baru ini. RSKD memang tengah mengembangkan terapi plasma convalescent untuk menangani pasien dengan gejala sedang, hingga berat.

Dokter Tika Adilistya memang punya sederet pengalaman di bidang itu. Ia bertanggung jawab atas kegiatan perawatan pasien terutama dalam semua aspek kedokteran laboratorium. Di antaranya: kimia klinis, mikrobiologi, hematopatologi, sitopatologi, imunologi, dan bank darah.

Menurut lulusan University of Groningen, Belanda ini, terapi convalescent, atau konvaselen, menggunakan plasma darah pasien yang sudah sembuh. Terapi ini, mengambil plasma dari orang yang telah sembuh. Lalu ditransfusikan ke pasien yang masih menjalani perawatan COVID-19, dengan gejala berat dan kritis tadi.

Outcome-nya bagus,” kata dia. 

Metode ini sebenarnya pertama kali digunakan untuk penanganan wabah flu burung. Virus SARS generasi pertama. Lalu pengembangannya dilanjutkan untuk virus corona generasi kedua ini: SARS-CoV-2.

Telah diterapkan di Amerika, Tiongkok dan negara-negara Eropa. Sudah lama. Di Indonesia, sejumlah daerah sudah mengaplikasikan. Terbilang berhasil. Proyek ini sudah dimulai RSKD sejak bulan Juni lalu. Secara diam-diam.

"Awalnya Rumah Sakit Kanujoso Balikpapan mendapat dana dari Pemprov Kaltim. Sebagian dibelikan alat namanya Apheresis --alat untuk mengambil plasma konvalesen. Tapi juga ada fungsi lainnya," ujar dokter Tika.

Alat itu datang awal Juni. Lansung diuji coba selama dua minggu. Berfungsi dengan baik. Dan proses donor plasma yang pertama dilakukan pada 15 Juni lalu.

Plasma pertama yang diambil dengan apheresis, milik pasien RSKD yang telah sembuh. Namanya Heru Sukmana. Dia tercatat sebagai kasus terkonfirmasi dengan kode BPN 31. Operasi donor plasma pertama di RSKD itu sukses. Lancar tanpa kendala.

"Cuma memang waktu itu tidak diekspos," katanya lagi.

Selepas bulan Juni, terapi ini sempat mandek karena kekurangan beberapa komponen peralatan. Kesulitan itu baru teratasi awal bulan Agustus. Setelah itu tim mulai menghubungi satu persatu mantan pasien corona RSKD.

"Sayang banget, enggak semua mau. Ada yang mau tapi rata-rata mereka di lokasi kerja. Ada juga yang di luar daerah. Atau mereka ada penyakit lain yang tidak dipersyaratkan untuk mendonor plasma," jelas alumni Spesialis Patologi Klinik Universitas Indonesia ini. 

Sampai saat ini baru delapan orang dari jumlah pasien COVID-19 bersedia mendonorkan plasmanya. Hal ini ironis karena angka kematian di Balikpapan sangat tinggi. Pasien-pasien dengan gejala berat juga mulai menumpuk di ICU RSKD. Yang rata-rata adalah Lansia. Karena kondisi ini RSKD berharap penyintas COVID-19 dari manapun untuk mendonor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: