Yang Pergi dan Tak Kembali Karena Pandemi

Yang Pergi dan Tak Kembali Karena Pandemi

HARI ini tepat enam bulan kasus COVID-19 mewabah di Indonesia. Pada 2 Maret, Presiden RI, Joko Widodo mengungkap pasien pertama coronavirus disease 19. Seorang perempuan yang tertular dari warga negara Jepang.

Selama setengah tahun, 178 ribu kasus terdeteksi. Korban jiwa mencapai 7.505 orang. Dari jumlah itu, seratus di antaranya ialah dokter. Profesi yang selama ini digaungkan sebagai barisan paling depan melawan wabah.

“Sejawat sekalian, sejawat dokter yang gugur dalam penanganan COVID-19 sudah mencapai 100. Demikian juga petugas kesehatan lainnya yang gugur juga bertambah,” tulis pernyataan yang dikeluarkan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).

Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih berharap perjuangan para dokter yang wafat mengilhami dan menjadi teladan bagi para dokter agar tetap komitmen menjalankan  pengabdian kepada kemanusiaan.

“Mari kita doakan agar para dokter yang wafat mendapat tempat mulia di sisi Tuhan YME,” kata Daeng M Faqih.

Selanjutnya, Daeng juga berharap para dokter dan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan membantu para pasien COVID-19, tetap sehat dan selamat.

Di Kalimantan Timur, jumlah pasien meninggal dunia juga terus bertambah. Data pada Selasa (1/9/2020) tercatat 161 orang. Beberapa di antaranya tokoh masyarakat, pengusaha, pejabat, dan politisi.

Kabar meninggalnya politisi senior Dahri Yasin berseliweran di media sosial. Termasuk grup-grup WhatsApp. Isinya ucapan belasungkawa, sekaligus untaian doa bagi mantan anggota DPRD Kaltim itu.

Di antara sekian kabar yang beredar, tertulis penyebab mangkatnya politisi Golkar itu karena COVID-19.

"Kami dapat kabar, subuh, sudah tidak bisa bergerak. Lalu dari Sempaja, kami langsung ke GTS (Grand Taman Sari) sekitar pukul 06.00 Wita," kata Muhammad Dahsyat Aulia.

Anak ketiga mendiang Dahri Yasin memang tinggal terpisah.  Ketika tiba di GTS, kata Yayat ---sapaan akrab Muhammad Dahsyat Aulia, kondisi Dahri sudah sangat mengkhawatirkan. Kritis.

Pihak keluarga telah menghubungi rumah sakit saat itu.

"Sudah tidak bisa bergerak. Jantungnya sudah lemah. Kebetulan adik saya yang tangani. Dari RS IA Moeis," tambahnya, mengenang pagi itu.

Dahri langsung dilarikan ke RS. Tiba di rumah sakit, Dahri kemudian langsung menerima penanganan di ruang IGD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: