Belum Maksimal

Belum Maksimal

Beras lokal masih belum banyak diserap oleh Perum Bulog Berau. (Renata/Disway)


Penyerapan Beras Lokal di Berau

Tanjung Redeb, Disway – Penyerapan beras lokal di Perum Bulog Berau, dinilai belum maksimal. Hingga Agustus, baru mencapai 70 ton.

Kepala Perum Bulog Berau Apriansyah, mengaku memiliki target penyerapan beras sebanyak sekiranya 500 ton di tahun 2020. Namun, tidak semuanya bisa mengandalkan dari para petani Berau.

Di Bumi Batiwakkal, penyerapan beras yang paling banyak berasal dari Kecamatan Tabalar tepatnya di Kampung Buyung-Buyung dengan beberapa kelompok tani, dan juga dari Kampung Labanan, Kecamatan Teluk Bayur. Tahun 2020, menjadi tahun yang baik, sebab panen di Tabalar termasuk berlimpah.

Kampung Buyung-Buyung telah panen di lahan seluas 485 hektare (Ha), sedangkan potensi pertanian di sana mencapai 1.000 hektare, berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan Berau.

“Kita sudah coba lihat beberapa wilayah potensi yang bisa diserap berasnya, namun kedua lokasi itu yang paling masuk untuk standar dan harga beras bulog,” jelasnya.

Melihat potensi tersebut, Bulog pun memperluas pemasaran hingga menuju agen ritail nasional maupun modern. Sebelumnya, beras lokal dari petani Berau, hanya dipasarkan mandiri melalui agen-agen mereka.

Hal tersebut menjadi hal yang baik, dalam menggenjot penyerapan beras petani lokal. Meskipun, penerapan belum semaksimal dari target yang ditetapkan. Sebab itu, mereka masih memerlukan sokongan dari beras yang didatangkan dari petani Sulawesi.

Berdasarkan data yang diterima dari Badan Pusat Statistik (BPS) maupun Dinas Pertanian dan Peternakan Berau, bahwa Kabupaten Berau memiliki potensi pertanian yang besar. Karena itu, pihaknya meningkatkan penyerapan beras menjadi 300 persen dari sebelumnya di tahun 2019 dari target sebesar 200 ton. Dan 50 persennya berasal dari lokal.

Sementara itu, Apriansyah menemukan kendala dalam realisasi, seperti kualitas beras serta harga yang ditawarkan para petani. Karena, pihaknya punya indikator sendiri, seperti butir patahan yang maksimal sebanyak 15 persen dan kadar air maksimal sebanyak 14 persen.

Harga yang ditawarkan Bulog menurut petani terlalu murah untuk beras kategori medium Rp 8,3 ribu per kilogram, dan beras kategori premium Rp 10 ribu per kilogram. Sedangkan harga tersebut merupakan ketentuan dari pusat, dan Sebagian besar petani belum mengerti perbedaannya.

“Ketika petani membawa beras dengan patahan beras yang banyak, kita tawarkan dengan harganya Rp 8.300 per kilogram, karena beras mereka kategorinya medium, tapi mereka tidak mau. Tetap ingin dihargai Rp 10.000, kebanyakan seperti itu. Tapi kami optimistis bisa menyerap lebih banyak juga,” tutupnya. *RAP/APP


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: