Belajar Berkuda, Simbol Wibawa

Belajar Berkuda, Simbol Wibawa

Islam mengajarkan olahraga berenang, memanah dan berkuda. Itulah falsafah yang dipegang Jose Junior. Jika berenang, sudah banyak sarananya. Tinggal memanah dan berkuda yang dikembangkan Jose. Februari lalu, ia membangun Backwood Horseriding—wahana belajar menunggang kuda. Selain hobi, ada nilai bisnisnya.

Oleh: Arif Fadhilah

OLAHRAGA berkuda memang kurang populer di Balikpapan. Selain karena sulit merawat, biayanya juga cukup tinggi. Kemudian, arena yang diperlukan mesti menunjang. Namun kini, olahraga berkuda mulai muncul di Kota Minyak.

Baru-baru ini, warga Balikpapan dibuat kaget. Ada sekitar 9 penunggang kuda memacu pelan kudanya. Berjalan beriringan hingga Lapangan Merdeka, Balikpapan. Salah satunya milik Jose Junior Hormigas.

Awalnya, pengusaha jasa pengiriman ini hanya sekadar suka. Kemudian, ia mulai mengembangkan arena belajar menunggangi kuda. Lokasinya di jalan HM Asnawi Arbain. Atau lebih dikenal dengan jalan bejebeje. Berdekatan dengan wahana memanah. Juga milik Jose.

Wahana belajar memanah sebenarnya sudah cukup lama bediri. Nama klubnya Focus One-x Archery. Kebetulan Jose merupakan Ketua Pengkot Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Balikpapan. Sementara untuk berkuda, baru Februari lalu dibangun. Namanya Backwood Horseriding.

Jose sebenarnya memang suka olahraga. Sebelum terjun ke dunia panahan dan berkuda, dia aktif bermain golf. Tapi untuk saat ini, dia hanya fokus panahan dan berkuda. Karena setidaknya itu merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Olahraga yang dianjurkan selain berenang.

Itulah motivasi Jose suka berkuda. Karena di agama yang diyakininya menganjurkan olahraga tersebut. Di sisi lain, tentu ingin memperkenalkan kuda. Mulai dari berkuda, merawat, hingga mengembangbiakan. Tentu Jose tak melupakan nilai bisnis. Karena memang tidak murah mengelola arena berkuda.

"Di Backwood itu mendidik dan menyenangkan. Seseorang kalau bisa mengendalikan kuda, ilmu manajemen bagus. Karena kuda itu lambang kewibawaan," katanya kepada Disway Kaltim, Senin (17/8).

Merawat kuda tidak mudah. Mulai makan, mandi, kebersihan kandang mesti benar. Kandang dibuat mendukung naluri kuda. Hidup berkelompok. Jadi dibuat semacam kurungan luas. Karena kuda mesti berinteraksi sesamanya. Natural seperti mereka berada di alam liar.

Memelihara kuda berbeda dengan pelihara kambing atau sapi. Karena hewan ini kuat, maka asupan makan mesti bergizi memenuhi nutrisi. Sehari tiga kali makan. Rumput, dedak, jagung, vitamin, dan belerang untuk suplemen. Setiap makan menghabiskan tiga kilogram. Atau 2,5 persen dari bobot kuda. Biaya pakan bisa Rp 10 juta untuk satu kuda. Setiap bulannya.

"Orang banyak berpandangan sulit pelihara kuda di Kalimantan. Karena panas atau segala macam. Sebenarnya kalau merawatnya tepat, pasti bisa," tambah Regional Manager Area Kalimantan JNE itu.

Ada sembilan kuda di Backwood. Jenisnya Sandalwood, kuda poni, hingga kuda perkawinan silang. Kalau kuda lokal, harganya bisa seharga motor matic. Rp 20 jutaan ke atas. Seperti Sandalwood dan kuda poni. Memang digunakan sekadar hiburan saja.

Beda dengan kuda pacu. Apalagi hasil perkawinan silang. Harganya bisa menyentuh angka ratusan juta. Belum lagi punya prestasi. Biasanya membeli kuda sudah lengkap dengan akta kelahiran. Jadi jelas nasab induknya. Bapak, ibu hingga kakeknya akan tercatat di akta kelahiran. Perlunya akta juga untuk menentukan di kelas apa ketika dia ikut kejuaraan.

Dari akta itu, sudah tertera nama kuda. Kuda di Backwood juga ada namanya. Satria Piningit, Ben, Satria, Rembo, Unyil, hingga Romeo.
Hal itu juga yang membuat Jose tertarik mengembangbiakkan kuda. Backwood sudah punya cabang di Kebumen, Jawa Tengah. Untuk punya kuda yang berkualitas, mesti dikawinkan. Ada biaya perkawinan. Mulai Rp 15 juta hingga Rp 19 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: