Ancaman Karhutla

Ancaman Karhutla

Tanjung Selor, Disway – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), mulai terjadi, beberapa pekan belakangan. Bahkan, data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bulungan per 17 Agustus, ada 32 titik panas yang terpantau melalui satelit.

Dari pantauan media ini di Jalan Poros Bulungan – Berau, Senin (17/8), ada sekitar 4 titik lahan terbakar. Baik di wilayah Bulungan maupun Berau.

Menurut Kepala BMGK Bulungan, Sulam Khilmi, karakteristik lahan di Kalimantan Utara ketika tanpa hujan dalam 5-6 hari, sudah cukup membuat lahan dan hutan mudah terbakar.

Apalagi pada Agustus dan September, menurut yang ia tahu, pada umumnya masyarakat mulai membuka lahan. Jika pembukaan lahan dengan cara dibakar, kata Sulam Khilmi, akan terpantau sebagai titik panas. Berapa pun luasannya.

Namun demikian, ia menyatakan bahwa titik panas yang terpantau satelit, juga bukan berarti karhutla. Karena ketika objek yang terpantau satelit lebih panas daripada lingkungan sekitarnya, akan terdeteksi sebagai titik panas.

“Untuk suhu panas normal di Kalimantan Utara biasanya 30 derajat celcius.

Tetapi bila ada yang lebih tinggi dari angka tersebut, maka akan terpantau sebagai hotspot,” ujar Sulam Khilmi, Selasa (18/8).

“Tetapi bila sudah di atas 80 persen, bahkan 100 persen, sudah dipastikan ada kebakaran (hutan dan lahan),” lanjutnya.

Ia juga mengatakan, karena saat ini musim hujan, dan diperkirakan puncak musim hujan pada Oktober mendatang, maka akan membantu memadamkan karhutla. Karena itu, dari pantauan pihaknya melalui satelit, ada titik panas yang hanya beberapa saat, lalu hilang.

Sementara itu, Kapolres Bulungan AKBP Teguh Triwantoro mengatakan, pihaknya sangat menghargai kearifan lokal. Yakni masyarakat yang membuka lahan dengan cara dibakar. Hanya saja, dirinya mengingatkan agar membuka lahan dengan cara dibakar tidak sampai berakibat fatal.

“Ada peraturan gubernur (Pergub) yang mengatur bahwa pembukaan lahan pertanian tidak melebihi 1 hektare. Kalaupun lebih, wajib koordinasi dengan kepolisian dan TNI,” ujarnya.

Dengan berkoordinasi, lanjutnya, maka lokasi pembukaan lahan akan dipantau secara berkala. Agar saat dibakar, api tidak menyebar yang mengakibatkan kebakaran secara luas.

Pria yang juga pernah bertugas di Nunukan ini mengatakan, sosialisasi bahaya karhutla sangat gencar dilakukan. Bahkan, warga mendapat pembekalan mengenai ancaman pidananya. Apalagi, kata dia, penekanan dari Presiden sudah sangat tegas, agar kejadian karhutla pada 2015 lalu, yang menyebabkan bencana kabut asap, tidak kembali terulang.

“Maka saya minta, tolong bersama-bersama untuk mengedepankan hukum positif,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: