Bulikalak, Bunga Rafflesia Langka di Ujung Borneo

Bulikalak, Bunga Rafflesia Langka di Ujung Borneo

Jenis Belum Diketahui

BALAI Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, masih melakukan penelitian jenis Rafflesia yang tumbuh di hutan Kampung Teluk Sumbang, Kecamatan Bidukbiduk. Rencananya akan mendatangkan ahli tanaman langka ke Berau.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Kaltim, Dheny Mardiono mengatakan, untuk jenis Rafflesia di Berau, memang belum diketahui. Masih dilakukan penelitian bersama tim laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samarinda.

“Sudah bentuk tim. Rencananya 24 Agustus tim ke lokasi, mengidentifikasi jenis Rafflesia di sana (Teluk Sumbang, Red.),” katanya kepada Disway Berau, Jumat (14/8).

Lanjut Dheny, pihaknya telah mengirimkan sampel untuk diteliti di balai penelitian Samarinda. Namun layu. Sehingga tidak bisa teridentifikasi di laboratorium. Untuk itu, berencana mendatangkan ahli Rafflesia dari Bengkulu. Pasalnya, jika mengambil sampel dengan memotong bagian tubuh Rafflesia, dapat memperpendek usia bunga tersebut. Mempercepat pembusukan tanaman. Mendatangkan ahli membutuhkan waktu. Menunggu bonggol Rafflesia yang baru mekar. Karena yang sekarang sudah mulai mengalami pembusukan.

Rafflesia di Berau bukan jenis arnoldii. Mirip, tapi ukuran berbeda. Spesies arnoldii jauh lebih besar. Dari 17 Rafflesia di Indonesia, hanya tiga jenis tumbuh di Kalimantan. Dua di antaranya mengalami kemiripan dengan Kampung Teluk Sumbang. Yakni jenis pricei dan tuan-mudae. Namun, masih sebatas identifikasi melalui foto.

“Ada dua pendapat. Yang paling mendekati jenis tuan-mudae. Untuk memastikan jenisnya, tunggu ahlinya ke lapangan,” ucapnya.

Untuk siklus kehidupan Rafflesia bervariasi. Dari bonggol hingga mekar, membutuhkan waktu 6-9 bulan. Bunga mekar hingga 10 hari.

Penyebarannya tidak melalui perantara. Karena tanaman ini tidak berbiji. Rafflesia merupakan jenis tanaman merambat. Tumbuh pada inang batang liana. Mirip kayu bajakah. Bahkan tanaman ini tidak memiliki daun. Sehingga tidak bisa fotosintesis dengan sendirinya. Untuk tumbuh mengambil nutrisi dari pohon inang. “Jadi seperti itu siklusnya,” jelasnya.

Terkait adanya spesies Rafflesia baru, belum bisa dipastikan. Untuk jenis yang sama, masih memungkinkan ditemukan. Mengingat, belum sepenuhnya hutan di Kabupaten Berau dijelajahi. “Masih memungkinkan ada jenis lain. Tapi saat ini baru satu jenis yang kami ditemukan,” sebutnya. Ditambahkan Dheny, Rafflesia termasuk tumbuhan yang dilindungi. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 106/2018. (*/dnn/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: