Lebanon: Negeri Swiss di Timur Tengah

Lebanon: Negeri Swiss di Timur Tengah

Untuk menggambarkan keunikan Lebanon dibandingkan negara-negara Arab lainnya yang berjumlah 22 negara yang semuanya tergabung dalam Liga Arab itu, di dalam satu kalimat, maka bisa disebutkan bahwa Lebanon itu satu-satunya negara Arab yang libur di hari Ahad (Minggu). Ya, memang benar demikian: semua negara Arab libur di hari Jumat.

Sesekuler apa pun sebuah negara Arab nyatanya memang libur di hari Jumat. Kecuali Lebanon. Lebanon memang satu-satunya negara Arab yang semua kantor dan sekolah, negeri atau swasta, publik atau privat, libur kerja dan sekolah di hari Minggu (untuk beribadat di gereja). Sementara negara-negara Arab lainnya libur di hari Jumat (untuk salat Jumat). Bagi yang taat beragama tentunya!

Tentu ada banyak keunikan lainnya. Lebanon adalah satu-satunya negara Arab yang tidak memiliki padang pasir; satu-satunya negara Arab yang hijau dan memiliki musim salju yang panjang, bahkan di tahun 2019 sampai bulan Mei pun salju tebal masih bisa ditemui di daerah perbukitan dan apalagi di pegunungan.

Lebanon juga satu-satunya negara Arab yang memiliki penduduk beragama Kristen dengan persentase terbesar (hampir 37 persen) dibanding negeri Arab lainnya.

Satu-satunya negara Arab yang presidennya selalu dan harus beragama Kristen, yang sekarang dijabat oleh Presiden Michel Aoun; separuh dari anggota kabinetnya (24) dan setengah dari anggota Parlemennya (128) harus dari golongan beragama Kristen.

Last but not least, satu-satunya negara Arab yang punya Casino besar: namanya Casino du Leban! Walhasil, dibandingkan dengan negara-negara Arab yang lainnya, Lebanon memang unik.

Bangsa Lebanon itu juga sering dikatakan sebagai bangsa Arab yang paling terbaratkan (westernilized). Gaya hidup mereka sangat Eropa: pakaiannya necis, parlente, perempuannya cenderung bebas, suka mode, suka pesta, dan pokoknya secara sosial sangat liberal. Mereka berbicara bahasa Perancis (karena bekas jajahan Perancis), Inggris, dan bahasa Arab dialek (lahjah) Lebanon yang sangat khas dan sangat berbeda dengan bahasa Arab di negara Arab yang lain. Rakyat Lebanon berpenampilan kaya (richman): mobil-mobil mewah seperti Marcedes, BMW, Minicoper, Lamborgini, dan mobil-mobil mewah lainnya menjadi pemandangan yang biasa di Kota Beirut dan kota-kota besar lainnya.

Tradisi pendidikan mereka tinggi, sangat tinggi, mungkin karena pengaruh Perancis dan gereja. Tak heran jika di Lebanon ada banyak universitas tua dengan mutu berstandard Eropa dan Amerika. Universitas-universitas Katolik yang berbahasa Inggris dan Perancis tersebut didirikan oleh organisasi-organisasi para misionaris dan atau gereja. Seperti misalnya American University Of Beirut (AUB, berdiri 1856), Lebanese American University (LAU, 1878), Saint Joseph University (USJ), Saint Antoine University, Notredam University dan lain-lainnya. Sementara universitas negeri satu-satunya di Lebanon, yakni The Lebanese University, malah baru berdiri tahun 1951.

Demikian juga dengan universitas-universitas Islam yang sekarang jumlahnya terus bertambah. Malah baru mulai berdiri setelah tahun 1980-an atau 1990-an. Universitas negeri menggunakan bahasa Inggris (bahasa utama) dan bahasa Arab. Sementara universitas-universitas Islam berbahasa Arab (bahasa utama) dan baru Inggris.

Tradisi pendidikan tinggi di kalangan umat Kristen Lebanon yang tinggi itu pula yang agaknya menjadikan kebanyakan intelektual Lebanon datang dan terdiri dari kalangan Katolik dan Kristen. Demikian juga dengan profesi-profesi modern di bidang perekonomian, kedokteran dan teknologi. Umat Kristen meskipun secara prosentasi tidak ada separoh penduduk, tetapi mendominasi banyak aspek dan sektor kehidupan modern. Tak heran jika secara politik juga sangat kuat (powerful).

Keunikan lainnya lagi adalah, meski penduduk Lebanon hanya 5 juta, tetapi pemegang paspor Lebanon yang tinggal dan bekerja di luar negeri jumlahnya lebih dari dua kali lipat banyaknya. Mereka kebanyakan berada di negara-negara Amerika Selatan (Latin). Apalagi kalau dihitung juga mereka yang sudah memegang paspor negara setempat. Karena berkewarganegaraan ganda. Lebanon memang membolehkan warga negaranya untuk memiliki kewarganegaraan ganda (double). Bahkan tiga (triple). Para ekspatriat yang tinggal di berbagai negara luar itulah yang agaknya menjadi tiang penyangga perekonomian Lebanon.

Lebanon, khususnya Kota Beirut, ini keunikan berikutnya, juga menjadi pusat penerbitan buku dunia. Tak terhitung banyaknya penerbit buku di Beirut. Uniknya, lagi-lagi ini sangat unik, tidak banyak toko buku di Beirut. Apalagi pasar buku murah: nyaris tidak ada. Rupanya buku-buku terbitan Beirut sebagian besar memang untuk keperluan ekspor: termasuk ke Indonesia.

Coba saja disimak betapa banyaknya kitab-kitab berbahasa Arab terbitan Beirut. Tak heran jika ada sebuah seloroh yang berbunyi, “Buku-buku ditulis di Mesir, dicetak di Beirut, dan dibaca oleh orang Irak dan Iran”. Apakah benar demikian, rasanya perlu dilakukan survey. Namanya juga seloroh. Wallahu a’lam. (qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: