Abah Nanang, Mantan Anggota DPR RI Juragan Sapi

Abah Nanang, Mantan Anggota DPR RI Juragan Sapi

Tingginya ceruk bisnis sapi potong membuat mantan anggota DPR RI,   Nanang Sulaiman, menekuni usaha ini. Sejak lima tahun silam, mantan wakil rakyat yang menangani masalah Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM, BUMN, dan Standarisasi Nasional itu terjun langsung.

"Ya, karena kita melihat, kebutuhan sapi cukup bagus di Kaltim ini," kata kelahiran Samarinda, 23 Desember 1961 yang karib dipanggil Abah ini.

Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unmul tahun 1982 ini melihat peluang bisnis sapi cukup menjanjikan. Karena kebutuhan akan daging sapi yang cukup besar di Bumi Etam. Sementara pasokan lokal belum mampu memenuhi kebutuhan ini.

Ia menyebut, untuk Kota Samarinda saja,  dibutuhkan 20-30 ekor sapi per hari. Belum di daerah lain di Kaltim. Ia menyebut, Kaltim butuh lebih kurang 3 ribu ekor sapi per bulannya. Jika satu ekor sapi saja harganya Rp 15 juta, paling tidak ada Rp 45 miliar perputaran uang di bisnis ini. 

Sementara, yang mampu dipenuhi dari pasokan sapi lokal, hanya sekitar 10 persen. Sehingga Kaltim harus mendatangkan pasokan sapi dari luar daerah. Di sini lah, ia mengambil peran. Sebagai distributor sapi ke Kaltim.

Sebagian besar, kata dia, sapi didatangkan dari Sulawesi, NTT, dan Jawa.  Ia sendiri, banyak memasok sapi dari wilayah Kupang, NTT untuk memenuhi kebutuhan sapi masyarakat Kaltim.

"Sudah 5 tahun lebih saya bekerja sama dengan koperasi di NTT, untuk mendatangkan sapi dari Kupang," jelasnya. Bahkan saat Iduladha tahun ini, ia mendatangkan 1.200 ekor sapi dari sana. Belum lagi yang didatangkan oleh distributor lain. Ia menyebut kurang lebih ada 5 ribu ekor sapi yang dipasok ke Kaltim untuk kebutuhan hewan kurban tahun ini.

Nanang mengatakan salah satu penyebab kurang optimalnya pengembangan peternakan sapi di Kaltim adalah akibat salah bibit. Bibit sapi bantuan pemerintah yang didatangkan dari Australia kata dia, tidak cocok untuk dikembangkan di Kaltim. Karena perbedaan kontur alam. Yang paling cocok, kata dia adalah bibit sapi dari Bali. Karena dari segi cuaca, curah hujan, dan pakan rumput memiliki kesamaan.

"Menurut saya untuk di Kaltim, pas betul bibit sapi Bali yang pantatnya putih itu," kata Abah. Hal lain yang perlu ditingkatkan dalam pengembangan sektor peternakan adalah  pendidikan dan pendampingan petani atau peternak sapi. Baik dari segi wawasan dan pengalaman. Mau pun bantuan modal.

Ke depan, Nanang juga ingin mengembangkan bisnisnya untuk membuka usaha penggemukan sapi. Di daerah Embalut, Kukar.  Ia akan membentuk badan usaha semacam koperasi untuk mengelola usaha penggemukan sapi ini. Ia sendiri yang akan menyuplai sapi dari NTT. Usaha penggemukan sapi ini kata dia yang paling memungkinkan di Kaltim. Ia belum berani membuka usaha pembibitan karena adanya larangan mengirim sapi betina dari pemerintah NTT.

"Jadi jantan semua yang dikirim. Memang kebijakannya begitu. Dan ketat. Kalau ketahuan, busa dicabut izin kita," ungkapnya.  Untuk mengirim sapi-sapi dari NTT, ia menggunakan kapal kargo yang dapat mengangkut 500 hingga 700 ekor sapi sekali angkut. (krv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: