Berharap Mengalir dari Hilir

Berharap Mengalir dari Hilir

Kemudian penghiliran CPO, dimana Kalimantan menjadi sentra produsen dan eksportir utama nasional setelah Sumatera.  Komoditas ekspor CPO masih didominasi produk dasar yang diolah dengan teknologi berkategori low-tech. “ini membuka peluang  meningkatkan nilai tambah melalui upgrading teknologi yang lebih tinggi, antara lain produk oleokimia,” ujar Tutuk lagi.

Peluang lain juga datang dari tingginya kebutuhan minyak goreng. Kebutuhan  minyak goreng daerah ini defisit sebesar 37.339 ton per tahun. Padahal, Kaltim salah satu penghasil sawit. 

Tutuk mengungkapkan keyakinannya ekonomi terus membaik setelah melihat perkembangan global. Yang mana kontraksi ekonomi tidak sedalam perkiraan para analis. Sementara dua pangsa pasar ekspor komoditas Kaltim, yakni Tiongkok dan India masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif. Sementara negara lain di dunia tumbuh negatif.

Tutuk menambahkan, saat ini investasi terus meningkat meski masih pada sektor tersier dan primer.  Namun jika dilihat lebih jauh, sumber PMA berasal dari negara tax haven yang menerapkan offshore financial center. Suatu teritori daerah bebas pajak, atau menerapkan pajak sangat rendah seperti Mauritius, atau British Virgin Island.

“Ini menjadi potensi untuk mendorong perbaikan struktur ekonomi Kalimantan sekaligus memperkuat integrasi Kalimantan dengan wilayah lain,” ujarnya.

Potensi penghiliran lainnya ialah bauksit dan alumina. Kalimantan dinilai sebagai pemilik cadangan bauksit terbesar dan merupakan eksportir utama hasil olahan bauksit untuk jenis alumina. Serta telah memasok industri domestik. Saat ini, menurut Tutuk, sudah ada sejumlah rencana investasi pengembangan penghiliran untuk dapat memenuhi bahan baku pembuatan aluminium.

SIAP HILIRISASI

Sementara itu Asisten II Bidang Perekonomian Pemprov Kaltim, Abu Helmi mengatakan peluang investasi  di Kaltim meningkat dengan penetapans ebagai ibu kota negara yang baru. Pemindahan ibu kota negara akan menurunkan disparitas eknonomi di indoensia dan mendorong perdagangan daerah.

“Adanya investasi akan mampu mendorong proyek penghiliran di Kaltim,” katanya.  Tahun ini investasi PMA sebesar 53,12% (yoy), menurun disbanding periode yang sama tahun lalu sebesar 74,43%.  Sementara PMDN tumbuh 12,23 %, lebih rendah dibandign periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 48,24%.

Meski begitu realisasi investasi Kaltim masih berada di peringkat ke delapan diantara 34 daerah. Saat ini kinerja industri pengolahan belum tumbuh maksimal. “Komoditas masih terbatas pada produk migas dan CPO yang fluktuatif. Karena itu peningkatan nilai tambah dilakukan melalui hilirisasi,” ujar Abu Helmi.

Sementara upaya penghiliran terkendalam pembatasan biaya pembangunan infrastruktur atau kesulitan mendatangkan investor yang dinginkan. “Riset Bappenas 2019, pertumbuhan Kaltim terkena sindrom perlambatan, sehingga dibutuhkan inflasi dan penciptaan produk baru,” terangnya.

Tahun ini berita baik dari hilirisasi, karena sudah ada perusahaan siap membangun industri methanol. Investasi mencapai US$ miliar atau Rp 30 triliun dengan menyerap 5 ribu pekerja dalam 4 tahun. Ini akan dongkrak ekonomi yang stagnan. “Bagian penting hilirisasi sedang jalan,” kata Helmi lagi.

Ke depan pemerintah akan memasarkan gasifikasi batu bara dalam negeri. Menjadi alternatif biodisel atau pembakaran lain sebagai nilai tambah sumber energi.

Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan saat ini terdapat tiga pendorong ekonomi. Yaitu penghiliran investasi, belanja pemerintah melalui APBN, dan stimulus.  Contoh yang sedang terjadi di Morowali,  Konawe atau Bintan. Selain nilai proyeknya besar, semua memiliki nilai tambah. “Karena harga komoditi cenderung turun tajam dibandingkan (produk) turunannya,” kata Luhut.

Tahun ini, Luhut menyatakan, Indonesia mengekspor stainless steel senilai US$ 10 milar dollar. “Lihat hilirisasi apa yang pas. Coal to methan bagus sekali.” Ia menyebut methanol akan dibutuhkan membantu produksi B30 atau B40. Bisa untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tak perlu impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: