Wisata Minat Khusus Melawan Virus

Wisata Minat Khusus Melawan Virus

Penderita virus COVID-19 di Indonesia sudah mencetak rekor. Jumlahnya melebihi negara asal virus itu ditemukan. Dalam penelitian yang sudah diketahui banyak orang, ada dua hal untuk menekan penyebarannya. Menjaga jarak, dan teman-temannya (cuci tangan, memakai masker). Juga meningkatkan imun.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Menjaga imun tidak cukup dengan asupan vitamin. Yang tak kalah penting ialah bagaimana perasaan kita tidak stres. Kalau bisa, selalu gembira. Kalau tidak bisa, paling tidak gembiranya lebih banyak daripada stres-nya.

Itu salah satu tips yang diberikan dokter Reisa Broto Asmoro. Puteri Lingkungan yang juga menjadi juru bicara penanganan COVID-19. Tapi menjaga agar tidak stres dalam situasi saat ini tidak gampang. Apalagi kalau sudah bicara kebutuhan rumah tangga.

“Sulit. Kami para pelaku pariwisata harus mencari cara supaya bisa bertahan. Terutama masyarakat pelaku wisata,,” kata Berdodi Martin Samuel. Ia adalah Direktur Tour Operator Blue Betang Heart of Borneo Travel Adventure.

Berdodi Martin Samuel, yang akrab disapa Bucu sudah mengembangkan ekowisata di kawasan jantung Kalimantan. Sejak 2011 memasarkan paket wisata, bekerja sama dengan warga sebagai pelaku wisata.

Ia juga merangkul multipihak. Mulai WWF, universitas, para LSM sampai perusahaan perkayuan demi menginventarisir potensi lingkungan dan pariwisata. Hasilnya cukup menggembirakan. Sebelum pandemi banyak warga asing yang dating ke pedalaman Katingan, Murung Raya, dan sebagainya.

Sedikitnya sudah ada 12 paket wisata minat khusus yang terbentuk. Paket itu disokong kerja sama dengan NGO asing. Terutama dari Berlin, jerman. “Blue Betang hanya tour planner dan operator yang support warga agar menyajikan standar pelayanan dan harga,” katanya dalam bincang khusus Geliat Ekowisata Kalimantan, belum lama ini.

Bucu mengajak warga mengembangkan hasil hutan bukan kayu. Misalnya dengan  mengangkat rotan jerna, pewarna alami yang banyak dicari.  Lalu damar, rotan hutan, kopi , kakao, sarang wallet jauh dari desa. Kegiatan itu berhasil menjaga dan kelola hutan adat dan hutan desa. Bucu juga menjadikan Desa Tumbang Habangoi menjadi desa wisata. Bahkan Kawasan mereka mendapat fasilitasi sebagai hutan karbon

Paket wisata minat khusus yang ditawarkan antara lain wild fishing ikan jelawat batu di arus deras. Lalu menginap di The Gagu Dayak Ngaju Longhouse, Bukit Raya Seven Summit sampai safari HOB (Heart of Borneo).  “Dulu ada tamu VVIP dari Bali pakai heli menginap dengan park horizon,” ujar dia.

Namun paling popular adalah paket wisata HOB overland. Menginap 3 malam di rumah betang, karena memiliki sejarah perjanjian damai      suku Dayak 1894. Namanya betang Tumbang Habangoi.

Menjawab tingkat kunjungan yang rendah akibat pandemi, Bucu mengajak warga meningkatkan produksi kopi. “Katingan dan Gunung Mas sudah berhasil memasarkan,” imbuhnya.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Trans Borneo Adventure, Joko Purwanto mengakui potensi wisata alam dan petualangan masih cukup menjanjikan. “Kami tetap mencari tamu yang ingin berwisata ke pedalaman,” katanya.

Ketika kasus corona belum meledak, Pengurus ASITA ini masih membawa para tamu menjelajahi hulu Mahakam. Menurut dia, wisata pedalaman  lebih banyak diminati warga negara asing, dibandingkan masyarakat lokal.

Riki Frindos, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI mengatakan ekowisata bisa menjadi upaya dalam keberlangsungan konservasi pelestarian keanekaragaman hayati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: