Beralih dari Road Bike, Jatuh Hati pada Brompton

Beralih dari Road Bike, Jatuh Hati pada Brompton

Rizky memilih sepeda lipat Brompton, setelah beralih dari road bike.

Tanjung Redeb, Disway - Menyukai hal berbau vintage dan antik, jadi alasan mengapa Rizky Ferdhian (34), memilih sepeda lipat jenis Brompton. Tentu untuk menyalurkan hobi bersepedanya.

HOBI bersepeda telah digeluti pria yang saat ini tengah menjabat sebagai pimpinan salah satu bank BUMN cabang Berau, sejak masih di bangku kuliah. Sebelum hijrah ke sepeda lipat Brompton, Rizky sempat menggunakan sepeda jenis road bike.

Jenis sepeda lipat dan road bike, menurutnya cocok untuk mobilitas dalam kota, atau untuk berolahraga di dalam kota. Sementara, menurut Rizky, lokasi Kabupaten Berau memiliki potensi untuk sepeda jenis Mountain Bike (MTB).

“Tapi saya dari dulu memang belum tertarik dengan MTB, mungkin kalau MTB-nya agak antik, bisa jadi saya melirik ke sana.” ungkapnya ketika berbincang dengan Disway Berau, Kamis (23/7).

Sebelum mulai aktif lagi pada Januari 2020 bersepeda, Rizky baru saja sembuh dari nyeri lutut yang terpaksa menghentikan hobinya itu. Padahal, ketika mengendarai road bike, dirinya bisa menempuh puluhan kilometer.

Apalagi daerah Surabaya tempatnya bertugas dulu, memiliki medan yang panjang. Berbeda dengan jalan Kabupaten Berau yang lebih banyak tikungan.

Sebab itu, sepeda lipat Brompton Black Edition cocok menemaninya bersantai sambil mengelilingi kota. Meski harus merogoh sejumlah dana yang lebih besar. Dan menurut Rizky, itu adalah bentuk investasi selain mendapatkan manfaat berupa kesehatan.

Brompton Black Edition berkisar di angka Rp 30-40 juta, itulah harga sepeda lipat pertama miliknya.

Menurut Rizky, jika harus mencoba-coba sepeda lipat lain, itu sama saja boros. Karena Brompton sudah terkenal dengan kualitas yang bagus, makanya memilih itu.

Sebelum membelinya, sempat berpikir untuk menjual kembali di kemudian hari. Apalagi saat ini, harga sepeda Brompton sudah menjadi 3 kali lipat dengan harga aslinya. Walaupun harga sedang melambung tinggi, ternyata melepas sepedanya itu tidak segampang pikiran awalnya.

“Sama seperti Vespa, semakin lama harganya semakin mahal. Kemarin kepikiran mau nambah juga, tapi melihat harga yang menjadi tinggi akhirnya mengurungkan niat,” bebernya.

Sebagai pimpinan cabang, bersepeda bersama rekan-rekan di bank juga menjadi rutinitas. Malah, itu adalah sebuah kewajiban, sebab mereka menerapkan hidup yang sehat untuk mobilitas keseharian yang masih tinggi.

Selain bersama rekan kerja, Rizky pun tergabung dengan komunitas sepeda lipat di Berau. Sebagai pendatang baru di Kabupaten Berau, bersepeda adalah salah satu langkah tepat untuk mendapatkan relasi di tempat baru bertugas.

Menurutnya, selain menyehatkan, bersepeda juga bisa meningkatkan relasi di mana-mana. Sama keeratannya seperti komunitas Vespa, yang saling tegur sapa di manapun berpapasan. Berbeda dengan olahraga lainnya.

Jika ditanya keinginan riding Rizky selain di wilayah Berau. Dia beserta komunitas Surabaya ingin menjelajahi luar negeri di Singapura atau Australia. Wilayah itu menjadi pilihan sebagai negara yang sangat mendukung untuk bersepeda.

“Kalau tidak ada pandemik, penginnya yang paling dekat dulu ke Maratua atau Derawan, ingin sepedaan di sana,” tutupnya. *RAP/APP


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: