Soal Potensi Calon Tunggal, M Noor: Tak Baik untuk Demokrasi

Soal Potensi Calon Tunggal, M Noor: Tak Baik untuk Demokrasi

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Pengamat politik menilai, calon tunggal tidak baik bagi demokrasi. Sebab, pilihan masyarakat terbatas. Pun dinamika dan euphoria-nya tak seperti jika kontestan lebih dari satu pasangan calon. Akan lebih ramai dan terasa aura kontestasi politiknya.

"Dalam alam demokrasi, sesungguhnya semakin banyak pilihan, maka semakin bagus. Karena pemilih atau konstituen, masyarakat luas, mempunyai kesempatan mencari calon terbaik. Tentu yang sesuai keriteria, baik undang-undang maupun hati nurani," kata Muhammad Noor, akedemisi dan pengamat politik di Kaltim.

M. Noor, merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman (Unmul). Juga salah satu dosen di fakultas itu.

"Semakin sedikit calon yang bakal dipilih, tentu saja, untuk nuansa demokrasinya akan semakin sedikit. Apalagi kalau calonnya hanya ada satu pasang. Itu suasana demokrasinya sudah hampir tidak ada lagi," tambahnya.

Meski diakuinya, keputusan partai ramai-ramai memilih bacalon bersangkutan, merupakan hasil konsolidasi dari jauh-jauh hari. Soal fenomena calon tunggal ini, kata dia, memang tak berdampak langsung pada masyarakat.

"Kita harus tetap berprasangka baik. Saya yakin, para calon, bahwa mau satu orang (calon) atau 10 orang, sejatinya kan calon kepala daerah, bila memimpin, mestinya semata-mata untuk kesejahteraan, keselamatan masyarakat. Untuk kebaikan semua," ujar Dekan lulusan S-2 Fisipol Universitas Padjajaran itu.

Dari sisi keamanan, alias potensi kericuhan antara pendukung, tentu kecil terjadi. Karena calonnya hanya satu. Namun demikian, Noor mengamini, bila kampanye hitam (black campaign) dan money politic masih rawan terjadi.

Berita Terkait:

Gerindra Deadline Rahmad selama Dua Pekan

Mengapa? Karena, kata doktor lulusan Fisipol Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya itu, calon tunggal tersebut harus meraih dukungan sebesar 50 persen plus 1 dari suara sah. Sehingga para lawan politiknya, meski tak ada yang dijagokan, akan berusaha agar calon tersebut tak mencapai raihan suara tersebut.

"Itu (kampanye hitam) tetap ada. Kan mereka (lawan politik), tetap berusaha bagaimana mereka menghambat calon (tunggal) itu. Atau istilahnya, calon tunggal kalah dengan Kotak Kosong. Kemungkinan ke sana tetap ada," katanya.

Namun hal itu tak terlalu sulit ditepis oleh calon bersangkutan, menurut Noor. Sebab, partai-partai pendukung akan berusaha untuk pemenangan calon yang diusungnya. "Saya yakin, partai pendukung akan mati-matian melakukan konsolidasi dengan pihak lain," pungkasnya. (sah/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: