Jangan Berlebihan, Dinkes Ingatkan Tiga Penyakit ini Sebelum Konsumsi Daging Kurban

Jangan Berlebihan, Dinkes Ingatkan Tiga Penyakit ini Sebelum Konsumsi Daging Kurban

Ilustrasi. 

Samarinda, DiswayKaltim.com - Jangan berlebihan mengonsumsi daging. Sebab, Kaltim ternyata termasuk rawan penyakit tidak menular akibat mengonsumsi daging secara berlebihan.

Himbauan itu disampaikan Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, dr Soeharsono. Bukan tanpa alasan. Pasalnya, untuk kategori penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh makanan, Kaltim termasuk juaranya.

"Kaltim urutan tertinggi untuk penyakit tidak menular seperti stroke, diabetes melitus, dan hipertensi," terang Soeharsono kepada DiswayKaltim, Minggu (11/8/2019). Tiga Penyakit itu lanjut dia berpotensi menyerang jika mengonsumsi secara berlebih.

Pihaknya pun membeber hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun lalu.

Diantaranya prevalensi stroke untuk masyarakat Kaltim usia 15 tahun ke atas dimana persentase pengidapnya adalah 14,7 persen. Angka itu bahkan melampaui target nasional yang hanya 10,9 persen.

Sementara diabetes melitus, persentase masyarakat Kaltim yang mengidap adalah 3,3 persen, satu tingkat di bawah Jakarta dengan pengidap DM tertinggi se-nasional yakni 3,4 persen.

Penyakit lainnya yang berkaitan dengan pola makan adalah hipertensi yang menempati urutan ketiga terbanyak pengidapnya se-nasional. Masih dari hasil riset, persentase prevalensi penyakit hipertensi di Kaltim sekitar 36 persen, diatas batas nasional yakni 34,1 persen.

Karena itu Dinkes pun mengimbau masyarakat yang mengonsumsi daging kurban agar mengimbangi dengan buah-buahan. Selain itu hindari pula mengonsumsi bagian lemak jenuh dari daging.

"Daging itu bagus, cuma lemak jenuhnya yang membahayakan tubuh kalau dikonsumsi berlebih. Untuk mengimbanginya konsumsi buah-buahan," pesan Soeharsono.

Jika tubuh mulai tidak nyaman atau merasakan gejala seperti di atas usai menyantap daging, ia sarankan untuk berhenti. "Langsung konsultasi ke dokter atau datang ke puskesmas terdekat," tutup Soeharsono. (boy)

(boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: