Habis Eukaliptus Terbitlah Panel Surya: PLTS IKN dan Dilema Lingkungan di Kaltim
PLTS IKN di Kelurahan Pemaluan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.-(Disway Kaltim/ Salsa)-
Agung meyakini, PLTS dipilih karena potensi sinar matahari di Kalimantan melimpah, sekaligus mendukung visi IKN sebagai kota hijau dengan target Net Zero Emission (NZE) pada 2045 sesuai Rencana Induk IKN dalam Perpres No. 63/2022.
Konsumsi listrik di kawasan inti saat ini sekitar 87,6 GWh per tahun, dengan porsi terbesar berasal dari industri hijau dan data center.
"Ini tantangan sekaligus peluang untuk mempercepat pembangunan pembangkit energi terbarukan skala besar.”
Terkait kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), Agung menjelaskan bahwa proyek PLTS IKN tetap tunduk pada Permen ESDM No. 11/2024.
Pekerjaan sipil misalnya, mekanikal, dan instalasi sudah menggunakan kontraktor nasional. Demikian pula komponen pendukung seperti kabel, tiang, dan sistem mounting dipenuhi dari industri dalam negeri. Namun modul panel surya dan inverter masih banyak dipasok dari luar negeri karena kapasitas produksi nasional terbatas.
Meski tingkat TKDN belum maksimal, ia menegaskan arah kebijakan jelas mendukung penguatan industri panel surya nasional. "Proyek ini bisa menjadi peluang besar untuk menumbuhkan industri dalam negeri di masa depan," ia optimistis.

Citra satelit kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) tahun 2024 dan 2025 yang menunjukkan perubahan tutupan hutan di sekitar lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Titik merah menandai area indikatif pembukaan lahan berdasarkan koordinat ana-(Sumber/ Auriga Nusantara)-
BACA JUGA: Kaltim Ubah Arah Ekonomi dari Tambang ke Energi Hijau, Optimis Target 79 Persen pada 2045
Agung juga menyinggung soal koordinasi lintas lembaga yang terus berjalan antara OIKN, PLN, Kementerian ESDM, dan Kemenperin, termasuk pembentukan tim kerja bersama. Fokusnya yaitu integrasi sistem penyimpanan energi atau Battery Energy Storage System (BESS), jaringan listrik bawah tanah, serta program reforestasi dan revegetasi sebagai strategi keberlanjutan.
Agung mengatakan teknologi BESS akan diprioritaskan untuk menopang beban data center di KIPP. Ke depan, OIKN juga menyiapkan opsi pemanfaatan hidrogen hijau sebagai solusi jangka panjang penyimpanan energi.
Ia mengungkapkan strategi pembangunan energi di IKN dibingkai dengan konsep forest city, sponge city, dan smart city. Prinsip nol deforestasi diterapkan dengan mempertahankan sekitar 100 ribu hektare hutan bernilai karbon tinggi, termasuk hutan konservasi, bakau, dan hutan hujan tropis primer maupun sekunder. “Diperkuat dengan moratorium izin baru perkebunan dan tambang di kawasan hutan," ujarnya.
Menurut Agung, pembangunan PLTS di IKN ditempatkan di area yang sudah dialokasikan sebagai kluster EBT, sehingga tidak menimbulkan deforestasi baru. “Pemanfaatan energi terbarukan seperti PLTS diharapkan justru menurunkan emisi gas rumah kaca sekaligus mendukung program reforestasi di kawasan IKN," tutupnya.
*Liputan ini bagian dari fellowship AJI Samarinda dengan dukungan Yayasan Indonesia Cerah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

