Bankaltimtara

Rada dan Nafas Kehidupan dari Hutan Mangrove Telok Bangko

Rada dan Nafas Kehidupan dari Hutan Mangrove Telok Bangko

Rada, salah satu pembibit mangrove saat memeriksa kondisi daun mangrove yang ditanam sejak dua bulan lalu, di mangrove Teluk Bangko, Bontang, Sabtu, 18 Oktober 2025-Michael Fredy Yacob-Nomorsatukaltim.disway.id

BONTANG, NOMORSATUKALTIM - Mangrove menjadi tumpuan utama ekonomi keluarga Rada. Setidaknya sekitar 16 tahun keluarga ini memasrahkan hidupnya dari tanaman yang hidup di air ini. Menyekolahkan anak sampai membangun rumah, semua hasil dari kerja di mangrove Telok Bangko.

Seorang ibu paruh baya berjalan perlahan menaiki jembatan. Dia adalah Rada. Matanya fokus memandang ke depan, ke arah rimbunnya pohon mangrove. Sampai di pintu masuk yang ukurannya tidak terlalu besar, langkah kakinya terhenti.

Kepalanya langsung mengarah ke sebelah kiri. Mata Rada memandangi ribuan pohon mangrove yang batangnya masih sangat kecil. Tak lama kemudian, ibu 10 anak ini memutuskan melangkahkan kakinya menghampiri bibit-bibit mangrove itu.

Dua bulan yang lalu, Rada dan kelompoknya yang menanam bibit mangrove itu. Total mereka ada sekitar 10 orang. Itu juga sudah termasuk anak Rada. Semua pohon itu merupakan pesanan dari PT Pupuk Kaltim. Rencananya akan diambil awal 2026. Totalnya ada 27 ribu batang bibit mangrove.

BACA JUGA: Cerita Keluarga Ahmad Sofyan, Penjaga Tingkilan Generasi ke-5, Wariskan Lagu Erau Tenggarong

Hampir separuh hidup Rada dihabiskan di lingkungan mangrove. Bahkan, proses keriput kulitnya pun lebih banyak disaksikan oleh pohon mangrove. Sebelum dia mengabdi di Telok Bangko, Rada terlebih dahulu merawat mangrove di tempat lain.

“Waktu itu lokasinya ada masalah. Jadi, saya harus pindah. Nah, sejak 2009 saya sudah di sini (Mangrove Telok Bangko). Rumah saya tidak jauh dari sini. Hanya sekitar 200 meter saja,” katanya saat ditemui di Mangrove Telok Bangko, Sabtu, 18 Oktober 2025.

Rada menceritakan, awalnya, dia hanya ingin membantu pendapatan sang suami: Abdul Majid. Kesehariannya, Majid bekerja sebagai nelayan. Pendapatannya tidak terlalu besar. Alhasil, ia memutuskan untuk mencari kerja. Di situlah awal cerita kehidupannya dengan pohon mangrove.

Alam sangat mendukung niat baik Rada. Alhasil, penghasilannya jauh lebih besar dari suaminya. Di mangrove Telok Bangko, Rada melakukan banyak hal. Mulai dari pembibitan mangrove dan pengolahan hasil turunan buah mangrove.

BACA JUGA: Menjaga Tahura, Menjaga Kehidupan

“Kalau dari pembibitan mangrove, penghasilan saya cukup besar. Kalau sudah siap tanam di laut, kami pasti mendapat keuntungan masing-masing orang bisa Rp 17 juta. Semakin banyak, semakin bagus. Pendapatan kita juga semakin banyak,” ungkapnya.

Belum lagi ditambah dengan pemasukan dari olahan makanan dan minuman dari buah mangrove. Walau jumlahnya tidak sebesar Rada menanam mangrove. “Kami di sini buat dodol, dan tepung. Termasuk juga sirup mangrove. Tapi kami hanya buat kalau ada pesanan saja,” terangnya.

Selama ini, mulai bibit sampai pada produk olahan turunan dari mangrove selalu dibeli oleh PT Pupuk Kaltim. Walau, ada juga yang dijual di luar. Hanya saja jumlahnya hanya sedikit. Tidak sebanyak yang dibeli perusahaan.

Sudah banyak yang didapatkan Rada selama bekerja di mangrove Telok Bangko. Seperti, dari penghasilannya itu, ia bisa membangun rumah impiannya. Ia juga bisa menyekolahkan anaknya minimal sampai SMA.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: