Rada dan Nafas Kehidupan dari Hutan Mangrove Telok Bangko
Rada, salah satu pembibit mangrove saat memeriksa kondisi daun mangrove yang ditanam sejak dua bulan lalu, di mangrove Teluk Bangko, Bontang, Sabtu, 18 Oktober 2025-Michael Fredy Yacob-Nomorsatukaltim.disway.id
BACA JUGA: Bertahan di Tengah Genangan, Supriadi: Kalau Air Datang Lagi, Siapa Bisa Tahan?
Sampai akhirnya, saat berkoordinasi dengan pemerintah Kota (Pemkot) Bontang, tempat itu kembali dibuka. Tapi, kali ini harus berbayar. Pemkot minta biaya masuk Rp 5 ribu. Hadi menolak. Ia memutuskan uang masuk hanya Rp 3 ribu.
Tujuannya, uang itu untuk membeli tempat sampah. Serta menggaji orang untuk membantu membersihkan sampah yang berserakan. Tetapi, masalah sampah itu tidak pernah berakhir. Sampah kiriman dari masyarakat kampung di sekitar mangrove menjadi sumber utamanya.
“Saya pernah mendapatkan kulkas nyangkut di mangrove. Ada juga bantal, kasur dan helm proyek. Ini kalau melintas di tanaman mangrove yang masih kecil, pastinya akan patah. Tanaman itu gak akan bisa tumbuh,” terangnya.
Ia mencari cara untuk menyelesaikan masalah sampah itu. Hadi pun mendatangi sekolah-sekolah. Tujuannya, untuk memberi edukasi tentang masalah sampah ke anak usia dini. “Ini investasi saya 10-15 tahun kedepan,” terangnya.
Hadi pun mengajak anak-anak sekolah datang ke Telok Bangko. Agar mereka bisa melihat langsung kondisi laut di sana. Serta memberikan edukasi terkait bahaya sampah. Dari situlah, kebiasaan mereka datang ke Telok Bangko belajar.
BACA JUGA: Mimpi Duduk di Kursi Roda, Harapan Sederhana Algianus, Disabilitas Anak Buruh Sawit
“Dari tindakan kecil itu, akhirnya mereka terbiasa. Sekolah mereka juga kan jadi bersih. Jadi, anak-anak SD ini rutin datang ke sini untuk belajar. Ada juga yang datang untuk belajar Ecoprint,” terangnya.
Sementara itu, Assistant Vice President Pembangunan Sosial dan Lingkungan Departemen TJSL PT Pupuk Kaltim, Uchin Mahazaki menerangkan, awalnya, salah satu fokus utama Pupuk Kaltim pelestarian lingkungan hidup.
Program itu diawali dengan pelestarian terumbu karang dan penanaman pohon mangrove. Perusahaan ini pun mencari beberapa lokasi untuk dilaksanakan program tersebut. Termasuk juga masyarakat untuk dijadikan mitra binaan.
Untuk penanaman mangrove, perusahaan tersebut melakukan penanaman di Pulau Kedindingan, Kecamatan Bontang Selatan. Setelah itu, mereka berfokus untuk menanam mangrove di sekitar perusahaan.
BACA JUGA: Kau Sedingin Pelabuhan: Puisi, Kota, dan Kritik Sosial dari Timur
“Jadi, saat itu kami mulai bekerjasama dengan Pak Hadi untuk konservasi mangrove –pembibitan dan penanaman. Untuk penanaman kelompok, kami memiliki namanya daerah HGB-65. Di situlah kami melakukan penanaman mangrove,” ungkapnya.
Ia mengaku, sudah intens kerjasama dengan kelompok Telok sejak 2021 untuk penanaman mangrove. “Jadi, total ada 400 ribu bibit mangrove yang sudah ditanam di sepanjang HGB-65 ini. Ini juga untuk mendukung dekarbonisasi perusahaan,” ucapnya. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
