Menanti Pariwisata Kaltim Hidup Lagi

Jumat 03-07-2020,11:00 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur belum menemukan resep cespleng untuk menggerakkan sektor pariwisata yang mati suri terjangkit pandemi. Hal ini bisa saja karena belum dibukanya objek pelesiran secara luas. Jika melihat lini masa atau timeline yang dibuat Dinas Pariwisata Kaltim, setidaknya bulan depan pelaku usaha wisata bisa kembali bernapas. Asal pandemi mau kompromi.  

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dari seluruh hotel di provinsi ini ambles sampai 50 persen. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini terlihat dari persentase TPK dalam tiga bulan terakhir. Bulan Maret misalnya, rata-rata hanya 39,94 persen, Kemudian April turun lagi menjadi 26,32 persen, dan Mei tinggal 26,31 persen.

Sementara pada Maret hingga Mei 2019, persentase hunian mencapai 59,05 persen, 55,72 persen, dan 49,90 persen.

Selain tingkat hunian yang menurun, rata-rata lama menginap pada bulan Mei 2020 dibanding 2019 juga anjlok sebesar 1,00 hari. Kondisi tersebut tidak hanya memukul bisnis perhotelan, melainkan turut menimbulkan dampak ikutan. Seperti pemasok buah dan sayur, UMKM pembuat kerajinan tangan, sampai usaha katering.

Ketua Badan Promosi dan Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Balikpapan, Soegianto mengungkapkan, sampai saat ini, okupansi rate dan jasa MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) termasuk penyelenggaraan pernikahan belum beroperasi.

Di Balikpapan, terang Soegianto, sedikitnya ada 13 hotel bintang hingga melati dengan pekerja lebih 1.000 orang yang terpaksa “stop sementara” beroperasi. Ada yang tutup total, tutup 50 persen hingga merumahkan karyawannya. Ke-13 hotel itu, antaralain Hotel Le Grandeur, Blue Sky, Bahtera dan Adhika Bahtera, Swissbell hingga Hotel Jatra.

“Bisa disebut, inilah situasi terparah sepanjang sejarah bisnis jasa perhotelan dan restoran di seluruh dunia, termasuk di Balikpapan,” ujarnya. “Untungnya, manajemen hotel dan restoran tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK).”

Sejak bulan lalu hotel sudah menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Protokol kesehatan diberlakukan secara ketat. Hotel secara bertahap mulai kembali melayani para tamu dan pelanggan. Itupun, baru jasa menginap, belum ke jasa lainnya.

Kondisi normal 100 persen, diakui Soegianto masih sulit dilaksanakan, karena kebijakan pembatasan dari pemerintah pusat dan daerah. Misalnya, rapid tes dan tes swab corona bagi warga luar Kaltim, yang dipandang menjadi salah satu kendala mengangkat pendapatan.

Selain itu, stimulus yang diberikan pemerintah, dinilainya juga tidak banyak berpengaruh pada operasional. “Kebijakan tanpa denda 6 bulan pajak, beban fix cost listrik dan gaji karyawan, serta biaya lainnya masih cukup memberatkan,” paparnya.

Kunjungan Wisman

Menurunnya tingkat hunian hotel berkaitan erat dengan kunjungan wisatawan. Khususnya pelancong luar negeri. “Tren kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Kalimantan Timur menurun drastis tiga bulan terakhir,” kata Kepala BPS Kaltim, Anggoro Dwitjahyono, Kamis (2/7).

Selama pandemi COVID-19, hanya ada 23 wisman yang berkunjung. Sebenarnya angka ini sedikit membaik jika dibandingkan bulan April yang hanya 13 orang. Tapi  pada Maret 2020 masih ada 97 wisman berkunjung. Angka tersebut jauh jika dibandingkan Januari (204) dan Februari (162).

Apabila angka tersebut dibandingkan lagi dengan tahun 2019 dan 2018 maka akan turunnya sangat dalam. “Secara kumulatif kunjungan wisman belum menunjukan perbaikan. COVID-19 memberikan dampak yang sangat besar,” imbuh Anggoro.

Tags :
Kategori :

Terkait