Energi Terbarukan di Atas Kertas

Jumat 26-06-2020,12:10 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

"Angin juga berpotensi, walaupun kecil tapi bisa menyumbang energi terbarukan untuk Kaltim," tegas Ketua Yayasan STT Migas Balikpapan itu.

Kalau berbicara kebutuhan listrik di Kaltim, Lauhil menyebut rata-rata pertumbuhan konsumsinya setiap tahun kurang lebih 6,6 persen. Tinggal dikonversikan dengan pertumbuhan penduduk ke depan jika ada IKN, untuk konsumsi penduduk dan industri. "Tinggal dihitung berapa yang akan dibutuhkan," ucapnya Rabu, (24/6).

Dia memaparkan, pemerintah sendiri telah menyusun Rencana Energi Nasional (RUEN) melalui Dewan Energi Nasional yang diproyeksi hingga tahun 2025.

Dalam RUEN, potensi energi tenaga hidro di Kaltim bisa sampai 3.562 megawatt. Bahkan bisa lebih. Sementara rencana penyediaannya sendiri sebanyak 605 megawat sampai tahun 2025. Sementara indikasi terpasang sampai tahun 2025 hanya sebesar 173 megawatt. Terdiri dari mini hodro dan makro hidro.

Sementara potensi bio energi, di Kaltim sebesar 964 MW. Sedangkan indikasi terealisasi sampai 2025, hanya 89,8 MW. "Ini artinya indikasi terpasang masih sangat minim, padahal potensinya cukup besar".

Kemudian tenaga surya, lanjutnya lagi, di Kalimantan Timur punya potensi 13.439 MW. Sementara indikasi terpasangnya hanya 232,1 MW. "Dan faktanya di lapangan yang terpasang jauh lebih kecil dari angka itu," imbuhnya.

"Jadi realisasinya sangat kecil. Saya sendiri ragu ini bisa tercapai sampai 2025. Meskipun potensinya cukup besar. Buktinya mana sekarang PLTA, misalnya yang sudah terintegrasi dengan sistem mahakam. Ini butuh ketegasan pemerintah sebenarnya," tegas Lauhil.

Kenapa Kaltim masih cenderung tidak ingin beralih ke EBT. Karena memang listrik PLTU dari batu bara. Masih sangat murah ketimbang sumber energi lain. Karena sumber batu bara masih sangat melimpah.

Tetapi, katanya, tidak hanya melihat dari aspek kemudahan memperoleh, tapi harga dan nilai investasinya. Yang perlu diperhatikan juga ialah opsi sumber energi yang ramah lingkungan dan  berkelanjutan.

Oleh karena itu, dalam strategi pemerintah untuk bauran energi baru terbarukan, ditetapkan sebesar 22 persen. Namun nyatanya total yang tercapai masih di bawah 10 persen. "Kalau saya bilang itu angka yang pesimis," ujar Lauhil.

Dan faktanya tidak ada investor yang tertarik mengembangkan potensi EBT. Karena PLN masih lebih tertarik membeli listrik PLTU. Karena secara hitung-hitungan bisnis memang masih lebih menguntungkan. "Akan kembali lagi pada harga jual ke masyarakat,"

Mengenai strategi pengembangan energi listrik di IKN baru yang mengusung konsep ramah lingkungan, Lauhil menyebut potensi yang paling memungkinkan ialah energi dari tenaga surya. Kemudian biomass dari sawit. Dan pembangkit listrik tenaga air.

Kendati demikian, hal itu juga memerlukan ketegasan dari pemerintah. "Mudah mudahan dengan IKN ini semua bisa terealisasi. Kaltim bisa mendapatkan dukungan untuk menerapkan EBT. Kalau tidak, potensi kita yang besar hanya akan sebatas di atas kertas saja," imbuhnya. (ryn/das/dah)

Tags :
Kategori :

Terkait