Energi Terbarukan di Atas Kertas

Jumat 26-06-2020,12:10 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Menurut Bustam, biaya pemenuhan energi alternatif terbarukan bersifat relatif. Hampir semua potensi memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk memulai pembangunan dari awal hingga berproduksi. "Tapi setelah itu, bisa menghemat karena sumbernya tak terbatas," ujarnya.

Ia menyebut, jika pengelola IKN memilih sumber energi air, maka perlu menghitung jumlah turbin yang perlu dibangun. Sedangkan medan aliran air di wilayah IKN terdiri dari sungai-sungai kecil. "Di sana juga banyak air terjun. Bisa dimanfaatkan. Ini harus dihitung juga kemampuan produksinya. Karena cost itu tergantung medannya," pungkasnya. 

Pilihan selanjutnya, energi dari biomassa bersama turunannya biofuel. Ini dipandang bisa menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan energi IKN. Dengan biaya yang lebih murah. "Di sini banyak perusahaan kelapa sawit. Bisa dialihkan nantinya”.

Menurutnya, sudah banyak penelitian mengenai biofuel. Sejak hasil analisa Dr Rudolf Christian Karl Diesel pada tahun 1895. Pada saat mengembangkan mesin motor. Bisa menjadi acuan bagi pemenuhan kebutuhan energi di bidang transportasi.

Emisi gas dari hasil pembakaran biofuel juga sangat minim. Sehingga sangat cocok jika memang diterapkan di IKN. "Biofuel kan sudah dikembangkan di sana. Saya dengar sudah 30 persen bukan 20 persen lagi, energi dari biofuel untuk IKN," ungkapnya.

PLN Kaltim juga sudah punya rencana kearah itu. Sebelumnya Sigit menyampaikan kepada Disway Kaltim.  PLN akan berupaya bisa mewujudkan rencana pengembangan sistem kelistrikan ramah lingkungan di kawasan IKN nanti.

“Tetapi saya juga belum tahu berapa porsi energi terbarukannya. Karena kini juga masih menunggu RUPTL,” katanya.

Diakuinya, biaya investasi energi terbarukan cukup mahal. Namun biaya operasinya murah. “Investasinya tergantung apa yang digunakan dan demografisnya”.

BATU BARA MASIH LEBIH MURAH

Lauhil Machfudz.

Sementara itu, menurut akademisi di bidang energi Lauhil Machfudz, Kaltim sebenarnya memiliki potensi alternatif sumber energi baru terbarukan (EBT) cukup besar yang dapat dikembangkan. Untuk proyeksi pemenuhan kebutuhan listrik ke depan.

Potensi dari air misalnya, untuk membangun PLTA. Kemudian tenaga surya dari matahari untuk prospek PLTS. Lalu ada bio energi atau energi nabati, terutama dari kelapa sawit yang sumbernya cukup melimpah. "Jadi potensi EBT itu sangat banyak kalau di Katim," ungkap Magister Energi dari Undip itu.

Secara kasat mata, kata dia, bisa dilihat sumber energi matahari yang cukup melimpah. Potensi lain yang ada di sekitar, yaitu bio energi, yang paling besar potensinya  dari biomass.

Dia menjelaskan, dari setiap tandan buah segar sawit saja sudah ada beberapa produk yang bisa dihasilkan. Contohnya limbah cair sebesar 65 persen dari hasil ekstraksi kelapa sawit yang dikenal sebagai POME.

POME bisa diubah lagi menjadi biogas yang kemudian menjadi pembangkit listrik. Kemudian limbah keringnya yaitu sisa cangkang sawit atau kernel sebesar 22 persen, bisa diproses lagi menjadi bio-pelet, yakni bahan bakar briket untuk pembangkit.

"Jadi tinggal dihitung, berapa produksi TBS di Kaltim, atau dari daerah-daerah penghasil sawit. Untuk dikonversi menjadi sumber energi pembangkit listrik," tuturnya.

Belum lagi kondisi geografis Kaltim yang dialiri banyak Daerah Aliran Sungai (DAS), hal itu dianggap sangat potensial untuk mengembangkan mikro hidro dan makro hidro.

Tags :
Kategori :

Terkait