Janji Cuan dari Bisnis Ternak Sapi di Kota Tepian

Senin 08-06-2020,11:30 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Khajjar Rohmah - Samarinda

Kebutuhan daging sapi di Kalimantan Timur sangat besar. Rata-rata mencapai 100 ribu ekor per tahun. Jumlahnya akan naik menjadi 150 ribu per tahun, empat tahun ke depan. Sementara peternak lokal baru dapat memenuhi sekitar 30 persen dari kebutuhan. Beternak sapi menjadi salah satu bidang usaha yang menjanjikan. 

Keuntungan tidak hanya diperoleh dari penjualan daging sapi. Bahkan kotoran pun mendatangkan uang. Penghasilan dari penjualan pupuk kandang tidak bisa dipandang sebelah mata. Seperti dialami Minarko. Ia tidak hanya potret peternak sapi yang sukses. Warga Mugirejo, Samarinda, kini dikenal sebagai peternak sapi yang makmur.

Sebelum beternak sapi tiga tahun lalu, ia seorang petani pekerja. Minarko mau belajar dari awal, cara beternak yang benar. Mulai memberi pakan yang tepat, pemeliharaan sapi secara sehat, sampai pengolahan limbah pupuk padat dari kotoran sapi. Kotoran sapi yang dikelola menjadi pupuk dijual dengan harga Rp 15 ribu per karung ukuran 25 kilo gram.

Kegigihan Minarko mampu menginspirasi banyak orang. Setidaknya, bagi 24 warga Mugirejo. Mereka putar haluan dan mengikuti jejaknya. Sampai kemudian membentuk Kelompok Ternak Sapi, Damarwulan. Minarko yang menjadi ketuanya. 

Ketika keadaan masih normal, dalam sebulan, satu peternak bisa menjual 10 hingga 15 ekor sapi. Karena permintaan akan daging sapi yang cukup tinggi. Baik untuk konsumsi masyarakat langsung mau pun yang dibeli oleh para tengkulak.

"Permintaan untuk kelompok ternak lain juga ambil dari kita. Terutama yang dari luar daerah seperti Bontang dan Sangatta," ujarnya. Dari usaha ini, mereka bisa mendapatkan pemasukan antara Rp 160 juta hingga Rp 170 juta pertahun.

Walau pun diakui Minarko. Selama pandemi, penjualan menurun hingga 80 persen. Pada bulan September 2019 hingga Februari 2020 ia bisa menjual 62 ekor sapi. Namun, selama Maret hingga Mei 2020 hanya laku 2 ekor sapi.

“Permintaan menurun drastis karena minimnya acara, event, maupun hajatan warga.”

Namun Minarko optimistis. Menjelang Hari Raya Idul Adha, penjualan sapi bisa kembali meningkat. Karena sapi adalah salah satu hewan qurban. Ia menarget bisa menjual 300 ekor sapi dari klasternya. "Alhamdulillah, 2 minggu ini sudah ada permintaan.”

Minarko berharap ke depan bisnis ternak sapi di Samarinda bisa terus berkembang. Ia berharap, Dinas Peternakan terus mengembangkan sapi lokal. Karena selama ini, para peternak harus membeli sapi bakalan atau sapi bukan bibit yang mempunyai sifat unggul untuk dipelihara. Khususnya sapi dari Sulawesi untuk diternak.

"Paling tidak, ada pasar sapi, supaya kami tidak membeli sapi dari luar terus. Selama ini kami ambil sapi bakalan dari Kupang, Palu, dan Bone," katanya.

Nasib peternak, kata Minarko tertolong dengan pembentukan Klaster Sapi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur. 

Para petani selain mendapatkan pelatihan, juga diajak melihat kondisi peternak ke berbagai daerah. Seperti Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Untuk melihat percontohan usaha ternak sapi yang sukses.

Para peternak juga mendapat fasilitas kredit usaha dari bank. Minarko menyebut pihaknya sudah bekerja sama dengan Bank Pembangunan Daerah Kaltimtara dalam Program Kredit Rakyat Sejahtera. Dimana setiap anggota dapat mengajukan kredit usaha hingga Rp 500 juta. Dengan jangka waktu pinjaman selama 1 tahun.

Tags :
Kategori :

Terkait