Jangan sampai hanya karena “ikut-ikutan” kebijakan pusat sehingga Pemkot tak mampu berpikir benar dan realistis.
Kedua, Pemkot terlalu terpusat kepada sanksi pelaku usaha. Namun luput pada masyarakat secara keseluruhan. Coba lihat di jalan-jalan. Masih banyak penduduk kota yang tidak memakai masker. Padahal sudah banyak penjual masker yang tersebar di mana-mana. Banyak pula yang urung mencuci tangan. Tak ada yang menjaga jarak 1 meter. Apalagi selama perayaan hari lebaran berlangsung. Adakah sanksi dari Pemkot? Padahal inilah cikal bakal penyebaran transmisi lokal.
Apalagi jika new normal disepakati pemerintah pusat. Maka penyebaran COVID-19 di Balikpapan akan menyentuh angka yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jangan sampai kota tercinta ini mengikuti jejak langkah Surabaya yang menyongsong gelar “Wuhan Baru”. Mari berpikir benar!
Ketiga, gunakan perangkat daerah semisal kelurahan, RT, dan PKK untuk memfasilitasi upaya pengecekan rapid test. Agar penduduk Balikpapan yang berjumlah kurang lebih 600 ribu ini terverifikasi aman dari virus. Memisahkan antara yang reaktif dengan yang tidak. Sehingga tidak ada bayang-bayang semu transmisi lokal. Masyarakat pun dijamin akan merasa lebih tenang ketika mengetahui diri dan keluarga mereka bersih. Akankah cara ini ditempuh Pemkot? Tanpa bermaksud meng-underestimate, kecil kemungkinan Pemkot berpikir ke ranah ini.
Keempat, tak dapat dimungkiri bahwa skema new normal adalah demi mengakomodir kepentingan para pengusaha besar. Lihatlah! Belum resmi new normal saja, mal di Balikpapan sudah aktif. Sedangkan masjid-masjid masih ditutup. Dengan dalih menggerakkan roda perekonomian, rencana new normal digencarkan tanpa antisipasi pengamanan ketat jaminan keselamatan rakyat.
Sebab, realitas negara yang berkiblat kepada Barat dengan konsep sesat kapitalisme sekuler. Tolok ukur dan timbangan setiap kebijakan adalah demi kemaslahatan korporat. Sekuat apa pun kesungguhan Pemkot memperlihatkan citra peduli masyarakat, sistem kehidupan yang bercokol hampir satu abad ini akan menggilas habis idealisme tersebut.
Dengan demikian, sudah saatnya umat terlebih masyarakat Balikpapan yang memiliki slogan khas Kota Madinatul Iman untuk menggencarkan doa dan memperkuat ikhtiar. Agar Allah SWT segera memerintahkan virus corona kembali ke asalnya. Disertai kejatuhan sistem kapitalisme sekuler yang telah terlalu lama menzalimi rakyat. Wallahu a’lam bishawab. (*Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Sosial Ekonomi Islam)