Aliansi Tiga Gergasi: Proyek Gasifikasi di Kutai Timur Senilai Rp 104 Triliun

Sabtu 30-05-2020,11:00 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Sangatta, DiswayKaltim.com - Suasana penandatanganan pembangunan fasilitas produksi pengolahan batu bara menjadi metanol atau coal to methan, sepi tapi meriah. Acara mahapenting itu dilakukan melalui video conference. Disiarkan melalui kanal televisi milik sang taipan, kongsi tiga korporasi disaksikan para petinggi negeri. Ada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. Ada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, serta anak buahnya, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang. Juga ada Gubernur Kaltim, Isran Noor. Sang empunya acara diwakili Adika Nuraga Bakrie yang bertindak sebagai CEO PT Bakrie Capital Indonesia, serta partner barunya, Seifi Ghasemi, Presiden dan CEO Air Products and Chemical Inc. Dalam rapat virtual itu, PT Bakrie Capital Indonesia (BCI), PT Ithaca Resources, dan Air Products and Chemical Inc. menjalin aliansi strategis. Raksasa energi itu sepakat membangun industri metanol di Batuta Industrial Chemical Park, Bengalon, Kutai Timur. Dicanangkan menjadi industri hilir batu bara pertama di Bumi Etam dan akan beroperasi pada 2024 mendatang. Kolaborasi antar tiga perusahaan besar itu akan memproduksi metanol. Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, senyawa kimia dengan rumus kimia CH₃OH. Ia dikenal sebagai bentuk alkohol paling sederhana. Industri methanol merupakan industri petrokimia yang memegang peranan sangat penting bagi pengembangan industri di hilirnya. Bahan baku metanol sangat dibutuhkan dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, dan plywood. Metanol juga berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas. Industri metanol diyakini akan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) secara signifikan dan pada akhirnya akan mengurangi tekanan pada mata uang rupiah. Selain itu juga memberikan keuntungan bagi daerah yang didudukinya. Adika Bakrie dalam pernyataan yang disiarkan TVOne mengatakan kesepakatan tersebut menunjukkan kepercayaan terhadap Indonesia untuk membangun pabrik metanol bagi pasar Indonesia dan Asia Tenggara. “Proyek ini sejalan dengan rencana Presiden Joko Widodo meningkatkan nilai tambah dari industri batu bara.” Awalnya, proyek ini menelan biaya investasi sebesar USD 2 miliar atau setara Rp 30 triliun. Belakangan, Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan merevisi nilainya menjadi USD 7 miliar, atau 104 trilun dalam mata uang rupiah, dalam 2 tahun ke depan. Luhut juga menyampaikan proyek tersebut merupakan milestone dalam upaya pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap metanol. “Metanol sangat penting bagi Indonesia bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan kimia, tetapi juga untuk mendukung program biodiesel yang akan terus didorong dari B-20 menjadi B-30.” Sementara Presiden dan CEO Air Products Inc. Seifi Ghasemi mengaku terhormat dapat berpartisipasi dalam pertumbuhan Indonesia dengan berinvestasi dalam mega proyek berskala dunia. “Proyek ini akan memproduksi 1,8 juta ton metanol setiap tahun. Ini merupakan proyek metanol terbesar yang pernah ada,” katanya. Air Products Inc. merupakan perusahaan perusahaan gas industri asal Amerika Serikat. Mereka memasok gas industri dan peralatan terkait industri pengilangan, bahan kimia, logam elektronik, manufaktur dan sebagainya. Perusahaan ini beroperasi di 50 negara dan memiliki kapitalisasi pasar USD 50 miliar.  Sementara Ithaca Resources merupakan sebuah grup perusahaan energi yang fokus pada pertambangan batu bara. Lokasi pernambangan mereka ada di Kabupaten Berau dan Kutai Timur. Serap Tenaga Kerja Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang menyebutkan dengan masuknya perusahaan berskala besar tersebut diharapkan memberikan dampak positif bagi Kutim dan Kaltim.  "Ini akan memberikan peluang bagi tenaga lokal, tentu itu yang menjadi utama sebelum ia mendirikan perusahaan itu di tanah Bumi Etam ini ia harus mengutamakan tenaga kerja lokal. Ingat ini bukan ancaman melainkan peluang bagi kita semua," ujarnya Kamis (28/5). Menurut Kasmidi dengan adanya investasi ini pun akan membawa Kutim menjadi lebih dikenal dikancah dunia. Selain memiliki lahan yang luas juga peraturan pemerintah yang fleksibel mempermudah setiap investor yang akan masuk. "Daerah kita akan jadi lebih dikenal, lahan yang kita miliki luas, kita pun memiliki batu bara yang sangat banyak bahan utama metanolnya kan dari itu, dikonversi jadi sedemikian rupa. Dan hal ini tentu sangat menguntungkan bagi Kaltim dan Kutim," tandasnya. Nantinya industri itu akan mengolah batu bara dengan kalori rendah dan industri gas. Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim M. Sa'bani mengatakan, pemprov mendukung penuh proyek yang akan dibangun di lokasi Batuta Chemical Industrial Park, Bengalon Kabupaten Kutai Timur (Kutim). "Kami sangat mendukung hilirisasi batu bara di berbagai jenis. Termasuk metanhol, dan banyak lagi turunannya kan," kata Sa’bani dihubungi terpisah. Sa'bani pun menjelaskan wilayah Batuta memang sudah lama diproyeksikan sebagai lokasi pusat industri energi mineral, gas dan batu bara. Sejak ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) pada yahun 2014. Dengan luas kawasan 557,34 hektar. "Dulu kan terhambat investasi. Nah tahun ini, dapat investornya," lanjutnya.  Ia pun menyebut konsorsium mega proyek industri metanhol ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim. Karena dapat meningkatkan nilai tambah pada industri batu bara. Walau pun Sa'bani menyebut secara proporsional pemprov Kaltim tidak memiliki saham pada mega proyek tersebut. Tapi setidaknya dengan adanya aktivitas ekonomi di sana. Pemerintah bisa mendapat income dari penarikan pajak. "Kan ada pajak PBB, ada pajak penghasilan. Belum lagi tenaga kerja terserap, masyarakat juga akan dapat income dari sana. Bermanfaat lah," tambah Sa'bani. Ia menyebut dengan adanya aktivitas industri juga berpeluang menimbulkan titik ekonomi baru dengan industri ikutan lainnya. Proyek ini sedang diajukan untuk menjadi proyek strategis nasional.  Sementara pembangunan kontruksi ditarget selama tiga tahun. Dan produksi akan dimulai pada 2024 mendatang. (fs/krv/yos)

Tags :
Kategori :

Terkait