Kaltim Belum Sepenuhnya Siap New Normal

Jumat 29-05-2020,10:00 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Fenomena pandemi COVID-19 disebut Hairul juga menyebabkan deglobalisasi bisnis. Yakni, berkurangnya jangkauan internasional dan interaksi antarnegara. Dengan kondisi demikian, Indonesia dituntut untuk lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhannya. Dan tidak tergantung pada komoditas impor dan ekspor.

Dengan era deglobalisasi tersebut, bisnis yang memiliki local content dinilai akan semakin mampu untuk bertahan.

"Deglobalisasi itu terjadi. Bisnis local content misalnya di masa pandemi, Starbucks vs kopi lokal mana yang akan survive? Kopi lokal," sebutnya.

Yang harus dilakukan pemerintah selama masa new normal untuk kembali menghidupakan geliat ekonomi. Salah satunya dengan mendorong ruang gerak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Selain dengan bantuan stimulus UMKM, Hairul menyebut memungkinkan untuk dibuat bursa efek dengan lingkup UMKM. Dengan investasi yang lebih kecil. Agar UMKM bisa mendapatkan permodalan eksternal.

"Walau pun harus konfirmasi dulu dengan OJK, apa kah itu boleh dilakukan," ungkap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unmul ini.

Sementara untuk Kaltim sendiri, Hairul menyebut, selama sektor ekonomi Kaltim masih didominasi oleh sektor ekspor batu bara. Maka pertumbuhan ekonomi Kaltim di masa new normal tidak akan signifikan. Karena ekspor tergantung pada kondisi pasar global. Jika kondisi ekonomi global belum meningkat, maka permintaan pada ekspor energi juga tidak akan bergerak. Yang akan semakin memukul perekonomian Kaltim.

Untuk menggerakan sektor UMKM dan retail di Kaltim pun diakui Hairul tak akan banyak berpengaruh. Karena hampir seluruh pasokan bahan pokok Kaltim, didatangkan dari luar daerah.

Namun begitu, peluang peningkatan ekonomi masih tetap ada. Hairul pun menyarankan, jika presiden mendorong sektor ekonomi dari retail. Gubernur Kaltim Isran Noor bisa memulai dari pasar.

Bukan hanya aktivitas ekonominya saja. Namun juga protokol kesehatan di pasar dalam era new normal. Karena pasar dianggap sebagai lokasi yang paling sering mengabaikan protokol kesehatan dan prinsip social distancing. Ini untuk mengantisipasi second wave atau gelombang kedua penyebaran COVID-19.

"Karena new normal kita harus memperhatikan sisi kesehatan dan ekonomi," pungkasnya.

Daerah Bersiap

Sementara itu, beberapa daerah di Kaltim mulai bersiap menyambut era new normal. Balikpapan misalnya sudah menyusun panduan yang merujuk petunjuk pemerintah pusat.

“Kita tunggulah nanti aturannya seperti apa dari pusat, karena kebijakannya kan masih tanggal 29 Mei nanti,” ujar Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.

Rizal menegaskan pihaknya saat ini juga tengah melakukan pembahasan terkait rencana pemberlakuan kebijakan new normal di Kota Minyak. Di antaranya menyangkut kesiapan instansi pelayanan publik yang akan dilibatkan dalam penerapan kebijakan tersebut.

Seperti puskesmas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendukung penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Termasuk kelurahan dalam menerapkan kesiapan program siaga COVID-19 di wilayahnya.

Tags :
Kategori :

Terkait