Analisis Bursa Pekan Ini: Cermati Sektor Keuangan 

Senin 18-05-2020,13:41 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Professional Trader Jie Hadi Kusumo. (ist) Balikpapan, DiswayKaltim.com – Di luar prediksi para analis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu melorot sebesar 1,95%. Indeks berada di posisi 4.507,60. Lebih rendah dari posisi penutupan pekan sebelumnya 4.597,43. Akibatnya terjadi penurunan pada nilai kapitalisasi pasar dari Rp 5.316,53 triliun menjadi Rp 5.212,72 triliun. Meski begitu selama sepekan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 11-15 Mei 2020, rata-rata nilai transaksi harian mengalami kenaikan sebesar 10,34% menjadi Rp 6,4 triliun. Sepekan sebelumnya, transaksi harian tercatat Rp 5,8 triliun. Peningkatan juga terjadi pada data rata-rata frekuensi transaksi harian sebesar 5,21 persen menjadi sebanyak 529,39 ribu kali transaksi dari sepekan sebelumnya sebanyak 503,2 ribu. Namun data rata-rata volume transaksi harian bursa mengalami perubahan sebesar 7,46 persen atau berada pada posisi 5.951 miliar unit saham dari pekan lalu sebesar 6.431 miliar unit saham. Pada perdagangan, Jumat (15/5), investor asing mencatat nilai jual bersih sebesar Rp 1,09 triliun. Jika diakumulasikan, selama 2020 nilai jual bersih asing sebesar Rp 24,92 triliun. Menurut professional trader Jie Hadi Kusumo, langkah asing melepas saham menjadi salah satu faktor pelemahan indeks pekan lalu. “Mereka menilai data ekonomi kuartal kedua lebih buruk dari kuartal pertama,” kata Hadi, Ahad (17/5). Kondisi ini sebagai dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dimulai pada April. Sementara stimulus cicilan utang bagi UMKM baru disampaikan oleh pemerintah pada akhir Maret. “Otomatis kebijakan baru berjalan pada awal April. (Investor) asing sektor perbankan akan tertekan kinerja keuangannya pada kuartal kedua. Makanya mereka lepas perbankan,” ucapnya. Hadi memperkirakan aksi jual oleh investor asing masih berkelanjutan pekan ini. “Kalaupun sektor finance tidak ditekan, asing akan melakukan take profit. Apalagi sektor consumer selama sepekan mengalami kenaikan cukup lumayan,” katanya. Sepekan kemarin, penurunan sektor keuangan dimotori PT Bank BRI Tbk (BBRI). Dimana dari release laporan keuangan kuartal pertama 2020 laba bersihnya tidak bertumbuh, meski tidak turun banyak. “Hal itu menular kepada bank lain seperti BNI (BBNI), BCA (BBCA) dan Mandiri (BMRI),” ucap Hadi lagi. Sedangkan sektor consumer mengalami kenaikan yang dikerek oleh Unilever (UNVR), kemudian- perusahaan rokok besar (HMSP), juga produsen chicken nugget fiesta (CPIN). “Sektor consumer naik karena mau Lebaran. Investor menganggap, orang belanja kebutuhan hari raya, meskipun tahun ini tidak seramai tahun sebelumnya,” sebut Jie Hadi Kusumo. Kenaikan sektor konsumer juga dipengaruhi aksi asing melepas saham perbankan. Tercatat sepanjang perdagangan pekan kemarin, akumulasi jual bersih investor asing mencapai Rp 4,14 triliun. “Mereka jual, sebagian beli ke sektor consumer,” ujarnya. Pada pekan ini menurut Hadi Kusumo, IHSG akan melemah namun terbatas. Ia memperkirakan sektor finance akan menjadi penekan. “Selama sektor perbankan masih ditekan, maka IHSG juga akan tertekan,” kata dia. Sektor consumer tidak akan bisa mengimbangi tekanan tersebut. Volume perdagangan diperkirakan tidak seramai sebelumnya. Selain asing yang ‘cabut’ dari pasar belum kembali, investor lokal lebih fokus pada kegiatan keagamaan. “Kalau pasarnya sepi, asing pun mau jual juga mikir,” tandasnya. Lalu sektor apa saja yang bisa dilirik investor? “Potensi yang ada tetaplah finance. Tapi perlu dipikir dua kali sebelum beli. Karena data penjualan mobil anjlok. Itu waspada,” katanya. Ia menyarankan kepada investor untuk memperhatikan sektor keuangan dengan cicil beli. “Jangan langsung banyak karena sentimen negatifnya masih ada,” ujar Hadi. Kepada investor baru, ia meminta tak terlalu agresif. “Jangan nafsu belanja, santai, beli bertahap,” imbuhnya. Bagi yang ketinggalan “kereta”, tambahnya, jangan terlalu nafsu ke sektor consumer karena sudah naik lima hari berturut-turut. Justru fokus utama saat ini ke sektor finance yang sedang murah. “Karena lagi dijual asing. Sektor selain ini mengikuti saja karena semua sektor lesu. Yang menjadi perhatian hanya finance. Fokusnya keempat bank besar saja. Karena empat bank ini yang paling banyak dijual asing,” sebutnya. Kemudian untuk sektor tambang batu bara, meskipun Undang-Undang Minerba sudah disetujui tapi harga belum dalam tahap pemulihan. “Tetap harus pilih-pilih, yaitu opsi terakhir. Fokus pertama tetap perbankan,” pungkasnya. (fey/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait