Balikpapan, DiswayKaltim.com - Wacana PSBB di Balikpapan direspons pro kontra di kalangan pelaku usaha. Misalnya pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Penguasaha Indonesia (Apindo) juga telah mewanti-wanti rencana penerapan PSBB di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ketua Apindo Kaltim M. Slamet Brotosiswoyo kepada Disway Kaltim menerangkan, saat ini para pengusaha yang menjadi anggotanya telah menjerit akibat dampak pelemahan ekonomi yang disebabkan kebijakan social distancing. Sehingga sejumlah penguaaha kesulitan menyesuaikan diri dengan kondisi itu. Bahkan, tidak sedikit sektor usaha yang harus mengurangi aktivitas operasional. "Bahkan beberapa hotel di Balikpapan sudah tutup," kata Slamet. Sebagai konsekuensinya, kata Slamet, para pengusaha telah melihat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan sebagian merumahkan karyawan sementara waktu. Bahkan, kata dia, ada sejumlah perusahaan di Kaltim yang telah menyatakan kalau pandemi corona kian masif hingga Juni, mereka akan gulung tikar. "Perusahaan-perusahaan itu mengeluhkan, gulung tikar lantaran kondisi yang tak menguntungkan, dan pekerja yang harus dibayar," terangnya. Baca Juga: Balikpapan Ragu Ajukan PSBB, Wali Kota Masih Menunggu Kajian Meski demikian, ada pula sejumlah perusahaan yang tetap mempertahankan para pekerjanya dan tak mengambil langkah PHK. Pertimbangannya, sulitnya mencari tenaga profesional yang mampu memenuhi target perusahaan. "Jadi mereka mengakalinya dengan membayar 50 persen gaji pekerja yang dirumahkan. Kalau ada yang bekerja, jam lemburnya dikurangi," ungkapnya. Sektor usaha yang terdampak yaitu, perkebunan, pertambangan, hotel, perikanan, transportasi dan pariwisata banyak sekali yang sudah tidak berproduksi. Rencana PSBB ini dinilai sangat terlambat. Menurutnya, pemberlakuan PSBB atau karantina wilayah dapat dilakukan jauh sebelum ini. Saat kabar penyebaran COVID-19 pertama kali tersebut di Wuhan, Tiongkok. “Akses keluar masuk masyarakat dari luar negeri harusnya sudah dibatasin saat kita belum ada pasien yang terjangkit. Jadi, ekonomi internal Indonesia tetap berjalan. Jadi, kondisi saat ini tidak mungkin kita rasakan,” pendapatnya. Karena, kalau penerapan PSBB ini, semuanya pasti terdampak. Pertokoan pasti pada tutup. Kontraktor banyak yang tidak bisa bekerja. Pariwisata tidak bisa berjalan. Akhirnya, ekonomi Indonesia pasti akan lumpuh. “Dampak ekonominya sangat luas. Kalau semakin banyak masyarakat yang tidak bekerja, otomatis, tingkat kriminal pasti tinggi. Karena, semua orang butuh makan. Tapi, lapangan pekerjaan tidak ada,” pungkasnya. Sama halnya dengan Ketua Kamar dagang dan industri (Kadin) Kaltim Dayang Donna Faroek. Kepada Disway Kaltim menyampaikan keberatannya jika Balikpapan atau Kaltim melakukan PSBB. Rencana tersebut makin membuat pelaku industri semakin panik. Khususnya para pengusaha kontraktor. Karena akan kehilangan banyak pendapatan. Menurut Donna, pengusaha telah merasakan pahitnya keputusan bersama antara Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. Terkait rasionalisasi belanja barang atau jasa minimal 50 persen. Itu membuat para pengusaha kontraktor mati langkah. Padahal, mereka sudah mengalokasikan bahan baku di depan. ”Berharap untung, malah jadi buntung (rugi, Red.),” katanya. Belum lagi, para kontraktor itu harus membayar gaji para pekerja mereka. Mau tidak mau, mereka harus melakukan pengurangan karyawan. Entah dengan merumahkan ataupun melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Saat ini, memang anggota Kadin Kaltim mayoritas adalah para pelaku kontraktor. “Disitulah yang membuat mereka syok. Karena, sudah ada modal yang dikeluarkan di depan. Sementara, ketika pandemi ini, keluarlah aturan dari pemerintah pusat. Jadi, mereka yang terkena dampaknya,” kata Donna. Sampai sekarang, industri batu bara masih menjadi primadona di Bumi Etam di tengah wabah COVID-19 ini. Karena, permintaan dari negara luar masih cukup baik. “Mungkin andalan kita saat ini masih di sektor alam. Kalau yang lain, ngedropnya sangat terasa,” tegasnya. Bahkan, para kontraktor ini, sekarang ada juga yang banting stir. Mereka membuka usaha lainnya. Yaitu, dengan berjualan sembako. “Kata teman-teman saya sih untuk menyambung hidup. Menurut saya sih kreatif. Hal-hal seperti ini yang memang harus dilakukan,” celetuknya. Dalam kondisi pandemi seperti ini, para pengusaha memang harus berpikir kreatif. Tidak bisa terlena dan pasrah dengan keadaan. Tapi sayang, dia tidak memiliki data jumlah pengusaha yang harus gulung tikar atau tidak berproduksi karena kondisi pandemi ini. Berbeda dengan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Para pelaku UMKM, khususnya di bidang kuliner dapat mengembangkan usaha bisnisnya melalui berbagai cara. Mulai dari memanfaatkan sistem take away. Sampai memanfaatkan ojek online (Ojol). Atau dengan memanfaatkan digital marketplace (pasar digital). “Memang terasa sekali. Penghasilannya berkurang hingga 70 persen dari sebelum pandemi ini. Karena, saya saat ini juga punya binaan UMKM. Jadi saya mengetahui kondisi ini,” tambahnya. Walaupun, digital marketplace ini sudah mulai dilakukan sejak beberapa tahun silam. Tapi, melihat kondisi penyebaran virus corona yang begitu cepat, menurut Donna merupakan cara yang paling efektif. Tergantung pada permintaan konsumen saja. Jadi, para pedagang ini tidak merugi. “Saya rasa, penjualan secara online ini sudah dilakukan sejak lima tahun terakhir ini ya. Sudah lama sih sebenarnya. Tapi, memang sekarang semakin sering digunakan masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Dan satu-satunya cara untuk mendongkrak pendapatan pelaku UMKM ini ya dengan cara itu,” terangnya. Selain pengusaha kuliner, ada pelaku UMKM lainnya yang juga mulai bergeser pola pemasarannya. Yaitu konfeksi. Yang awalnya hanya menjahit pakaian, selama pandemi COVID-19 ini pun mulai membuat masker. Ataupun alat pelindung diri (APD) lainnya. Penerapan PSBB memaksa masyarakat untuk melakukan kegiatan di rumah. Untuk menghilangkan kejenuhan, pasti internet yang paling menjadi konsumsi utama. Tentunya, usaha dibidang ini yang paling diuntungkan. Selain usaha jasa pesan antar dengan sistem online. HIPMI DUKUNG PSBB Berbda dengan Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kaltim. Justru mereka mendukung wacana PSBB di Kaltim. Ini supaya pandemi segera berlalu dan roda bisnis kembali melaju. Hal itu disampaikan Ketua BPD Hipmi Kaltim Sirajuddin Machmud Sabang. Menurutnya, PSBB itu cukup efektif. Terbukti di beberapa daerah. Seperti di DKI Jakarta dan Jawa Barat. “Perkembangan terbaru, mulai banyak transportasi umum dibuka. Setelah PSBB hasilnya membaik,” ujar suami dari pedangdut Zaskia Gotik itu. Lelaki yang akrab disapa Ketua Sima itu menilai, dunia usaha mengapresiasi langkah-langkah kongkret pemda. Apalagi PSBB punya durasi waktu yang jelas. Semisal dua pekan sampai sebulan. Kata Sirajuddin, DKI Jakarta memiliki perputaran bisnis yang lebih padat ketimbang Kaltim. Tapi provinsi yang dipimpin Anies Baswedan itu bisa menangangi keperluan pelaku usaha dari skala kecil hingga besar. “Tinggal bagaimana sosialisasi Pemprov Kaltim tentang PSBB kepada masyarakat,” sebutnya. Jika masyarakat mempunyai pemahaman yang benar dan disiplin, lanjutnya, maka pemberlakukan PSBB bisa sesuai target. Yakni dua pekan hingga sebulan. “Supaya efektif dan efisien waktu,” urainya. Sirajuddin menerangkan, beberapa hari lalu ia berkoordinasi dengan ketua BPC Hipmi se-Kaltim. Mulai dari Samarinda, Balikpapan, Bontang, dan lainnya. Kabar terbaru dari daerah masing-masing, diketahui dampak besar pandemi paling dirasakan sektor UMKM. Sirajuddin menegaskan, Hipmi siap jika diminta Pemprov Kaltim terjun ke lapangan. Mengedukasi masyarakat luas soal PSBB. Sosialiasi itu penting. Selama masa pandemi, sistem daring sangat membantu masyarakat. Ia menilai sebelum wabah datang, bisnis digital sudah berpeluang signifikan sebagai bisnis masa depan. Satu-satunya bisnis yang bisa bertahan selama corona ini hanya bisnis berbasis online. Ia berharap pelaku usaha lain bisa memanfaatkan peluang itu selama pandemi. “Perkembangan saat ini sudah ada Zoom yang memungkinkan bertatap muka tanpa mengurangi bahan yang ingin dibahas,” imbuhnya. Dijelaskannya, di Benua Etam hampir seluruh bidang usaha terdampak besar. Tapi syukurnya, masih terus berjuang. Menurutnya, satu-satunya jalan saat ini adalah jangan menyerah. Ibarat lagi perang, harus benar-benar atur strategi bertahan dan melawan. Hipmi Kaltim diisi pengusaha dari beragam bidang usaha. Semisal UMKM, retail, jasa, kuliner, travel, pendidikan, tambang, dan lainnya. “Mau tak mau, pengusaha harus sinergis dengan pemda,” urai Sirajuddin. Ia menceritakan, kawannya pengusaha pabrikasi, industri, perhotelan dan kuliner saat ini sepi. Pengusaha masih wait and see. Meskipun posisinya simalakama. Mau merumahkan karyawan tapi kasihan. Sementara pelaku usaha kena serang di semua sisi. “Kita perjuangkan tenaga kerja supaya tetap berkegiatan dan berpenghasilan untuk menghidupi asap dapur mereka,” paparnya. (mic/hdd/dah)
Soal Rencana PSBB di Balikpapan, Kadin dan Apindo Ogah, Hipmi Sih Oke
Senin 11-05-2020,16:38 WIB
Editor : Benny
Kategori :