Kilang Balikpapan Setop Produksi

Selasa 21-04-2020,01:45 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Region Manager Communication & CSR Kalimantan Roberth Marchelino Verieza. (diswaykaltim.com) ===============   Balikpapan, DiswayKaltim.com - Turunnya harga minyak dunia dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), membuat perusahaan pengolahan minyak PT Pertamina (Persero) terpukul. Dari sisi hulu hingga hilir. Belum lagi, pandemi virus Corona (COVID-19). Hal itu memaksa Pertamina memangkas biaya operasi. Region Manager Communication & CSR Kalimantan Roberth Marchelino Verieza menuturkan, akibat COVID-19, Pertamina mengikuti protokol pencegahan, sehingga ada pembatasan seperti kebijakan work from home (WFH) dan physical distancing. “Kebijakan tidak boleh meninggalkan lokasi membuat konsumsi BBM anjlok,” jelas Roberth Marchelino Verieza, saat dijumpai usai melakukan pertemuan dengan Pemerintah Kota Balikpapan, Jumat (17/4). Konsumsi BBM Gasoline mengalami penurunan sebesar 17 persen apabila di bandingkan dengan periode Januari dan Februari 2020. Produk Gasoline adalah Premium, Pertalite dan Pertamax. Sementara BBM jenis Gasoil terdiri dari Solar, Pertadex, Dexlite dan lainnya mengalami penurunan sebesar 3 persen. “Yang dialami saat ini adalah konsumsi transaksi pembelian rendah, ditambah secara keseluruhan harga minyak mentah dunia yang anjlok,” bebernya. Kondisi tersebut, membuat Refinery Unit (RU V) Pertamina Balikpapan kelebihan produksi. “Artinya tangki timbun kita dengan produksi yang dilakukan 24 jam itu tidak semuanya tersalurkan akibat konsumsi yang turun. Sehingga diperlukan efisiensi,” ujar Roberth kepada Disway Kaltim. Untuk itu, langkah yang dilakukan saat ini adalah pemeliharaan dan service kilang. Karena ketersediaan minyak dalam kondisi aman. “Kalau berproduksi lagi nanti tidak tertampung. Terus mau dikemanakan kalau tidak ada yang konsumsi? Makanya service dan pemeliharaan kilang dilakukan,” ujar dia. Menurut Robert, pemeliharaan dilakukan agar saat COVID-19 berakhir dan kegiatan normal kembali, maka kilang Balikpapan bisa beroperasi maksimal. Pemeliharaan kilang dilakukan mulai 20 April hingga 31 Mei 2020. Pertamina menjadwalkan pemeliharaan secara bergantian pada kedua unit yang dimiliki kilang Balikpapan. Dia menegaskan stop produksi bukan karena ada masalah pada kilang Balikpapan. Untuk proses pemeliharaan, Pertamina akan melibatkan 700 tenaga kerja. “Artinya teman-teman bekerja seperti biasa tinggal diatur saja. Hanya waktu dibagi ada pagi dan malam. Dan justru ada penambahan tenaga kerja di kilang,” ujarnya. Selama stop produksi dan dilakukan pemeliharaan, Pertamina memastikan persediaan BBM aman. “Kalau untuk produksi, seperti disampaikan di awal, sudah top level atau sudah sangat cukup. Sudah kami hitung penyaluran dengan normal,” tandasnya. Karena prinsipnya, justru mencoba melihat ke depan recovery dari COVID-19 ini secara keekonomiannya. Bisa saja sampai akhir tahun. “Dan itu sudah dipersiapkan. Kilang Balikpapan selain menyuplai Kalimantan, juga ke Sulawesi”. Seperti dilansir CNN, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati memaparkan penurunan konsumi BBM untuk produk Premium dan Pertaseries mencapai 16,78 % per hari di banding Januari dan Februari 2020. Untuk Jakarta, lanjut Nicke, penurunan konsumsi BBM lebih anjlok lagi mencapai 59 % di banding kota-kota lain. "Situasi yang belum pernah terjadi, ini sales terendah sepanjang sejarah Pertamina," jelasnya, saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (16/4). KONTRAKTOR AMAN Bagaimana dengan pihak ketiga, seperti kontraktor. Kondisinya hingga saat ini masih aman. Justru ada pekerjaan baru. Pun begitu dengan proyek perluasan Kilang Balikpapan. Project Koordinator RDMP Balikpapan dan Lawe-lawe, Djoko Koen Soewito mengatakan, pembangunan dan perluasan kilang tetap berjalan. Dan pekerja yang melaksanakan sesuai dengan protokol COVID-19. “Progres pembangunan selama COVID-19 ini hanya ada perlambatan. Itu tidak ada kendala,” singkatnya. Menanggapi setop produksi karena dilakukan pemeliharaan, Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Balikpapan Yaser Arafat menyambut positif. Karena keputusan pemerintah untuk melakukan efisiensi sudah dipertimbangkan dengan baik. “Apapun keputusan pemerintah pastinya sudah dipertimbangkan dengan banyak hal. Kami menganggapnya positif saja. Apalagi pemeliharaan dilakukan selama satu bulan,” kata dia. Menurut Yaser, kondisi seperti ini merupakan kesempatan baik untuk melakukan pemeliharaan pada kilang. “Kebijakan yang diambil sudah tepat,” ujarnya. Dia menambahkan, selama dilakukan pemeliharaan kontraktor tetap bekerja. Namun, pihaknya belum mengetahui dampak pada kontraktor lainnya. “Tetap jalan baik di pengolahan ataupun di RDMP,” pungkasnya, yang juga menjadi salah satu kontraktor Pertamina. FUNGSI PEKERJA Serikat Pekerja Mathilda, asosiasi para pekerja Pertamina di bidang Refinery Unit V, Marketing Operation Region VI dan Refinery Development Master Plan, Balikpapan, mendukung langkah PT Pertamina (persero) untuk memberhentikan sementara operasional kilang pengolahan minyak dan gas, RU V. Ketua SP Mathilda Mugiyanto kepada Disway Kaltim, Jumat (17/4) mengatakan, pada prinsipnya SP Mathilda mendukung langkah-langkah perseroan. Menyesuaikan dengan situasi menurunnya permintaan BBM di pasaran. "Pada prinsipnya, sepanjang untuk meningkatkan keandalan kilang, menjaga kuantitas dan kualitas produksinya, SP Mathilda akan mendukung," ujarnya. Keputusan untuk menyetop sementara proses pengolahan minyak mentah menjadi BBM di kilang Balikpapan itu, diambil berdasarkan kondisi menurunnya permintaan kuota BBM di pasaran. Yang menyebabkan tidak seimbangnya antara supply dan demand. Kondisi menurunnya demand Bahan Bakar Minyak itu disebabkan oleh kebijakan work from home (WFH). Imbauan pemerintah untuk mengurangi mobilitas masyarakat dalam beraktivitas di luar rumah. Memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 yang tengah mewabah di seluruh dunia. Itu berbanding lurus dengan berkurangnya konsumsi BBM oleh masyarakat. Stok BBM saat ini, lanjutnya, terjaga hingga lebih dari 50 hari. Angka itu, sudah hampir memenuhi kapasitas tangki storage (penyimpanan). "Kalau operational kilang jalan terus, lama-lama tangki storage tidak akan cukup untuk menampung," ungkapnya. Namun, kata dia, moment penghentian sementara ini, dimanfaatkan oleh Direktorat Pengolahan PT Pertamina (persero) untuk melakukan perawatan terhadap komoponen peralatan kilang peninggalan perang dunia dua itu. "Maintenance peralatan kilang direncanakan mulai 20 April sampai 31 Mei 2020," Dia menambahkan, harapannya selama masa overhaul, stok BBM yang tersedia dapat diserap oleh pasar. "Sehingga pada awal Juni 2020 kilang sudah dapat beroperasi kembali," imbuhnya. Mugiyanto juga menyebut, saat ini belum ada tanda-tanda akan adanya pengurangan tenaga kerja Pertamina maupun tenaga outsourcing. “Bahkan sejauh ini, belum ada pengurangan remunerasi bagai para pekerja," tuturnya. Ia menjelaskan, kebijakan untuk pekerja outsourcing Pertamina saat ini sebagian telah dipekerjakan dari rumah (WFH), kecuali yang dibutuhkan untuk mendukung operasional kilang. Sementara itu, untuk proses maintenance nanti, sebagian akan dikerjakan oleh kontraktor dan sebagian dikelola oleh fungsi internal Pertamina. “Dan kebijakan untuk pekerja di kilang, tetap akan masuk bekerja untuk melakukan pengawasan terhadap proses maintenance kilang," pungkasnya. (fey/dah)  

Tags :
Kategori :

Terkait