Berminggu-minggu Belajar Daring: Pelajar Bosan, Guru Kesulitan

Minggu 12-04-2020,14:00 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Ilustrasi anak-anak sedang bermain di sekolah. (Istimewa) Sangatta, Diswaykaltim.com - Pendemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) memaksa semua orang beradaptasi. Tak terkecuali para guru dan murid. Sekolah ditutup. Tapi aktivitas belajar mengajar tetap berlanjut. Tak sedikit murid merasa jenuh belajar di rumah. Anak-anak mengaku rindu sekolah. Salah satunya Azam Sobri Akbar. Murid kelas 4 SDN 010 Sangatta Utara ini mengatakan sangat rindu suasana sekolah. Belajar bersama guru dan teman-temannya. “Jenuh sedikit. Karena belajarnya hanya di rumah saja,” ucapnya, Sabtu (11/4/2020). Berbagai sumber mengatakan, pembelajaran secara daring (online) selama ini digembar-gemborkan menjadi solusi. Hanya saja, metode ini tak semudah yang dibayangkan dan dirumuskan pemerintah. Segi positifnya, konsep pembelajaran daring membuat para guru lebih fleksibel. Baik soal waktu maupun sumber pembelajaran. Konsep belajar daring juga tak menuntutnya untuk mengatur kelas. Tugas guru hanya membagikan materi dan tugas. Namun yang diharapkan para murid dan guru ialah pembelajaran di kelas yang membuat guru dan murid bisa berinteraksi. Sekaligus mendapatkan umpan balik. Jika ada materi yang tak dipahami, murid bisa bertanya dan sang guru menjawabnya. Pada dasarnya pengajaran terhadap murid SD harus menggunakan cara khusus untuk menerapkan metode pembelajaran. Suryanti, salah satu pengajar di SDN 010 Sangatta Utara, menyebut, masih banyak orang tua murid tak memahami belajar menggunakan metode daring. “Ketika kita kirimkan tugas via WhatsApp di grup sekolah, sebagian orang tua ada yang mengisi dengan nama mereka. Bukan nama anaknya,” ujar Suryanti. “Yang jadi pertanyaan kita, apakah orang tuanya atau anaknya yang mengerjakan. Karena kita tidak dapat mengawasi secara langsung,” lanjut dia. Kendala lain, sebagian orang tua tidak menggunakan smartphone. Sehingga beberapa anak tak mengumpulkan tugas. “Ini pun jadi permasalahan bagi kita. Karena tidak dapat memberikan nilai. Kita memberikan tugas dengan batas waktu. Kadang ada orang tua yang bekerja, lantas tugas anaknya terlambat disetorkan,” tandasnya. Proses pengecekan tugas pun membawa masalah tersendiri. Para guru harus mengunduh semua dokumen. Ponsel guru juga terus berdering. Karena dicecar aneka pertanyaan dari orang tua siswa yang kurang paham dengan tugas anaknya. (fs/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait