Emas SEA Games 2025 Tak Dihargai, PGSI Kaltim: Jujur Kami Malu dengan Daerah Lain

Rabu 24-12-2025,08:38 WIB
Reporter : Rahmat Pratama
Editor : Hariadi

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM — Ketua Komisi Pelatih Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) Kalimantan Timur (Kaltim), Badriansyah, menyoroti minimnya apresiasi terhadap atlet gulat Kaltim yang telah mengharumkan nama daerah dan Indonesia di ajang internasional, khususnya SEA Games 2025.

Badriansyah mengungkapkan, hingga kini belum ada kejelasan terkait bonus dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kaltim bagi Aliansyah, atlet gulat Kaltim peraih medali Sea Games 2025. 

Ia menegaskan bahwa yang diberikan sejauh ini bukanlah bonus, melainkan sekadar tali asih.

“Kalau bonus dari KONI sampai sekarang belum ada. Yang ada itu namanya tali asih, bukan bonus,” kata Badriansyah saat diwawancarai melalui telepon, Selasa (23/12/2025).

BACA JUGA: Raih Medali Emas SEA Games 2025, Pegulat Aliansyah Kecewa Minim Apresiasi dari KONI Kaltim

BACA JUGA: Sea Games 2025: Tambah 11 Emas, Indonesia Bertahan di Peringkat 2 Klasemen

Ia membandingkan kondisi tersebut dengan daerah lain yang dinilainya jauh lebih menghargai atlet berprestasi. Menurut dia, di sejumlah provinsi, atlet yang pulang dari ajang internasional disambut secara resmi oleh KONI maupun pemerintah daerah.

“Daerah lain itu ada penyambutan. Atlet datang dihargai. Apalagi ini emas satu-satunya dari Kalimantan Timur di SEA Games. Jujur saja, kami malu dengan daerah lain,” ujarnya.

Badriansyah menyebutkan, atlet gulat Kaltim yang berlaga di SEA Games berhasil menyumbangkan satu medali emas, dua perak, dan satu perunggu. Namun, pencapaian tersebut dinilainya tidak mendapat penghargaan yang layak.

“Ada rasa sakit hati dan kecewa. Mereka ini patriot olahraga, pulang dari medan perjuangan, tapi seperti tidak dihargai,” katanya.

BACA JUGA: Gulat Kaltim Juara Umum Kejurnas Padang, Bukti Regenerasi Berjalan Sempurna

BACA JUGA: Piala Gubernur Kaltim Tandingkan 3 Cabor Beladiri; Pencak Silat, Gulat dan Tinju

Ia menegaskan, kritik tersebut bukan untuk menjatuhkan nama daerah, melainkan agar pemerintah dan pemangku kebijakan membuka mata terhadap kontribusi atlet gulat. 

Badriansyah bahkan membandingkan dengan penyambutan atlet dari daerah lain yang disambut meriah, meski hanya meraih medali perak.

“Dari Padang saja, peraih perak diarak dan disambut. Gubernurnya hadir langsung. Itu membuat saya merinding. Sementara di Kalimantan Timur, atlet yang mengibarkan Merah Putih di negeri orang justru seperti tak punya harga,” ujar dia.

Kategori :