KALTIM 01 COVID-19

Jumat 20-03-2020,11:45 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Satu pasien yang tengah di rawat di RSUD Abdul Wahab Syahranie (AWS) dinyatakan positif COVID-19. Ini pasien pertama di Kaltim. Akankah ditemukan pasien positif berikutnya? --------------------- TIGA generasi. Nenek, ibu dan anak ini panik. Ketika mendengar kabar via grup WhatsApp bahwa kolega si ibu dinyatakan positif COVID-19 di Solo. Padahal si ibu sebelumnya pernah berinteraksi. Dalam satu pertemuan seminar di Bogor, Jawa Barat pada 25 – 28 Februari lalu. Sabtu 29 Februari, si ibu itu ke Jakarta. Kemudian baru pada 8 Maret pulang ke Samarinda. Sebetulnya, si ibu yang identitasnya masih dirahasiakan itu, sudah merasakan ada gejala. Tepatnya pada Kamis 5 Maret. Sudah tak enak badan. Tapi dirinya jauh dari perkiraan mengidap COVID-19. Lantaran masih bisa beraktivitas. Nah, pada Minggu 8 Maret 2020. Si ibu pulang ke Samarinda. Bertemu dengan ibu (nenek) dan anaknya. Karena merasa tidak ada gangguan kesehatan teramat parah. Si ibu pun santai-santai saja. Bahkan keesokan harinya. Senin 9 Maret. Mereka bertiga berziarah ke Kota Bontang. Malamnya di hari yang sama. Si ibu baru mengetahui kabar mengejutkan itu. Lewat pesan WhatsApp grup itu. Jika koleganya sudah terpapar corona dan positif. Kini kondisinya tengah diisolasi di Solo. Sadar akan hal itu. Mereka mengisolasi diri di rumah. Mulai mengenakan masker. Kemudian, baru pada Jumat 13 Maret 2020, si ibu itu menghubungi call center 112. Ia memiliki gejala batuk, flu hingga sesak nafas. Baru pada keesokan harinya, Sabtu 14 Maret 2020 pagi, tim dari Diskes Samarinda menjemput di kediamannya. Kemudian mereka diisolasi di RSUD Abdul Wahab Syahranie (AWS), Samarinda. Dari hasil observasi dan uji laboratorium Kemenkes RI, si Ibu dinyatakan positif COVID-19. Berarti ini pasien positif pertama di Kaltim. Labelnya 01. Sementara nenek dan anaknya masih menunggu hasil uji lab. Jika positif lagi akan menjadi 02 dan 03. "Mereka bertiga satu keluarga. Yang kena (positif) ini ibunya. Dua orang lainnya, anaknya usia 10 tahun dan neneknya," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Andi M Ishak. Berdasarkan penelusuran Disway Kaltim, si ibu yang positif tersebut masih satu rangkaian dengan kasus di Lampung dan Jawa Tengah. Mengingat seperti yang dilansir Kumparan, Rabu (18/3), disebutkan satu orang warga Lampung diisolasi di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) Bandar Lampung dan dinyatakan positif COVID-19. Pasien tersebut juga mengikuti seminar yang sama di Bogor. Pada Tanggal yang sama pula. Mengutip pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana, bahwa anak pasien tersebut yang melaporkan pada 14 Maret. Bahwa ada 1 jemaat dari Lampung yang meninggal dunia di Jawa Tengah karena didagnosa COVID-19. Informasinya kegiatan di Bogor tersebut adalah seminar GPIB yang diselenggarakan di Hotel Aston Bogor. TIGA WARGA BALIKPAPAN    Gubernur Kaltim Isran Noor mengatakan, ketiga pasien yang ditetapkan pasien dalam pemantauan (PDP) itu telah diisolasi sejak Sabtu (14/3). Mereka satu keluarga. "Yang positif itu satu dari tiga yang ada di RSUD AWS. Setelah dilacak, pasien positif tersebut sempat melakukan kegiatan pertemuan di Bogor beberapa waktu lalu. Ada juga tiga orang dari Balikpapan yang ikut ke Bogor," kata Isran Noor dalam konfrensi pers di halaman kantornya Jalan Gajah Mada, Rabu (18/3) sekitar pukul 20.00 Wita. Kepada awak media, Isran mengungkapkan tercatat sebanyak 36 pasien berstatus PDP di Kaltim. Dari jumlah tersebut, 10 di antaranya telah negatif. Serta 25 pasien masih menunggu hasil dan satu pasien dinyatakan positif. Pasien tersebut tersebar di Bontang, Kutai Kartanegara (Kukar), Balikpapan, Paser dan Samarinda. Walaupun, satu di antara tiga orang tersebut yang baru dinyatakan positif. Berdasarkan informasi, ketiganya kini kondisinya mulai membaik. Walau demikian, ketiganya masih diisolasi di RSUD AWS. Melihat kondisi tersebut, Isran Noor menyiapkan 111 tempat perawatan di 15 rumah sakit se-Kaltim. Dua di antaranya ditunjuk untuk perawatan. Yaitu RSUD AWS Samarinda dan RSUD Kanujoso Balikpapan. Sisanya, tetap disiapkan. “Sekarang persoalannya, kita mengalami kekurangan peralatan. Selain itu, disinfektan juga kurang. Kemudian, alat pelindung diri seperti baju astronot pun kurang. Juga masker. Kemarin sudah dirapatkan untuk kesepakatan pengadaan bahan-bahan yang kurang, yaitu melakukan usulan terhadap anggaran yang bisa dilakukan,” ungkapnya. Isran pun mengaku telah membuat kebijakan untuk pemberhentian sementara pembelajaran hingga 1 April mendatang. Membatalkan sementara pertemuan atau kegiatan yang melibatkan orang banyak. Juga, bagi pejabat dilarang untuk melakukan perjalanan keluar negeri. “Pejabat ASN atau PNS disarankan melakukan pekerjaan di rumah. Untuk menghindari berkembangnya COVID-19. Di samping itu, pemerintah daerah membentuk gugus tugas dan menunjuk jubir Diskes Kaltim. Jadi biar tidak tumpang tindih berita yang nantinya akan keluar,” tegasnya. Isran meminta agar masyarakat jangan panik dengan kondisi seperti ini. Tetap menjaga kesehatan dan jangan terlalu banyak kegiatan di luar rumah. “Jangan panik. Cukup saya dan wakil gubernur saja yang panik. Kalian jangan ikut-ikutan,” tambahnya. Ia pun mengungkapkan, saat ini Kaltim ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kondisi ini memang baru akan ditetapkan jika terjadi masyarakat yang positif terjangkit virus corona. Tapi, pemerintah provinsi belum akan melakukan lockdown. KETERBATASAN ALAT MEDIS Plt Direktur RSUD AWS David Masjhur membeberkan, selain keterbatasan alat medis. Mereka pun mengalami keterbatasan alat pelindung diri (APD). Pasalnya, produsen alat kesehatan mengalami kendala dalam produksi dan distribusi alat-alat pelindung diri, seperti masker dan pelindung diri lain yang sesuai standar rumah sakit. “Untuk mengantisipasi hal tersebut kami kembali ke zaman dahulu. Yaitu, membuat masker dengan kain. Serta baju yang tahan air. Ya, kita gunakan alat seadanya saja. Dengan produksi kita sendiri. Tapi, sekarang kita masih ada persediaan,” ungkapnya. Saat ini, RSUD AWS telah memberlakukan larangan untuk mengunjungi pasien. Kecuali keluarga. Itupun dibatasi hanya satu orang. Hal itu dilakukan agar tidak ada kerumunan massa di rumah sakit. Karena, virus ini masih baru. Ia mengakui RSUD AWS belum memiliki dokter spesialis. Hanya saja, karena ini merupakan penyakit dalam, ia memutuskan menyiapkan empat dokter spesialis penyakit paru. “Baru itu yang kami persiapkan,” terangnya. David pun menyebut kondisi pasien mulai membaik. Bahkan, seperti tidak terjangkit virus tersebut. Tapi, mereka tetap diisolasi. Agar, virus tersebut tidak tersebar. “Mereka sekarang baik. Walaupun dia positif belum tentu kondisinya memburuk. Karena, imun (pertahanan tubuh) mereka bagus. Tapi, bisa saja mereka menularkan ke orang lain. Itu yang kita jaga,” tegasnya. Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Samarinda dr Osa Rashfodia mengungkapkan, di Samarinda sendiri sampai kemarin (18/3), Orang Dalam Pantauan (ODP) sudah sebanyak 208 orang. Dari angka tersebut, 100 orang di antaranya negatif. Sisanya, masih dalam pemantauan. (mic/dah)              

Tags :
Kategori :

Terkait