BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Aspakusa Makmur Boyolali, mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, merupakan salah satu contoh sukses pengelolaan hasil panen petani menembus pasar modern.
Melalui inovasi pengemasan dan penerapan teknologi, kelompok ini mendorong peningkatan nilai jual sekaligus menjaga mutu hortikultura asal Boyolali.
Pengelola Aspakusa Makmur Boyolali, Dwi Lestari Pujiastuti, menjelaskan bahwa pengemasan menjadi salah satu kunci agar produk hortikultura dapat diterima ritel modern.
"Pengemasan bertujuan menambah nilai jual karena sayuran terlihat lebih rapi, menarik, serta terlindungi dari kerusakan saat pengangkutan. Dengan begitu, daya simpan juga lebih lama dan memudahkan penyimpanan," kata Puji dalam kunjungan media dari Balikpapan, pada Senin (8/9/2025).
BACA JUGA: Budidaya Ayam Petelur Mulai Menggeliat di Mahulu
Selain pengemasan, Aspakusa menerapkan teknologi Plasma Ozone untuk menjaga kesegaran produk.
Teknologi ini membantu sayuran tetap higienis dan tahan lebih lama sebelum tiba di tangan konsumen.
Sebelum dipasarkan, hasil panen petani menjalani proses grading. Terdapat empat tingkatan mutu, yaitu Grade A hingga D.
Adapun sayuran Grade A dialokasikan untuk ritel modern, Grade B dipasarkan secara keliling, Grade C dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sementara Grade D digunakan untuk bahan kompos.
BACA JUGA: Petani Buyung-buyung Dorong Produksi Gabah Hingga 700 Ton, Wabup Beri Apresiasi
Aspakusa Makmur awalnya hanya mengelola asparagus dan kucai, sesuai akronim namanya yakni Asparagus, Kucay, dan Sayuran.
Kendati demikian, seiring perkembangan jumlah produk bertambah hingga 80-100 jenis sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran keras.
Kelompok usaha ini berdiri pada 10 November 2005 dan kemudian menjadi badan hukum melalui akta notaris pada 14 Juli 2010.
Diketahui, visi Aspakusa sendiri yaitu meningkatkan kesejahteraan petani melalui produksi hortikultura premium.
BACA JUGA: PPU dapat Sokongan dari Korsel Melalui Hibah untuk Pertanian Bernilai Ratusan Miliar