KUTIM, NOMORSATUKALTIM - Persoalan kualitas beras premium di pasaran kembali menjadi sorotan setelah adanya temuan oplosan yang banyak beredar di pasaran.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setkab Kutai Timur (Kutim), Zubair menegaskan, perlunya kejelasan dan keterbukaan dari pelaku usaha, agar masyarakat tidak dirugikan dengan kualitas beras yang tidak sesuai standar.
“Jadi beras oplosan itu katanya beras yang dicampur berbagai jenis. Indikasi adanya patah-patah, pecah dan sebagainya. Tapi harga jualnya tetap premium. Nah, ini kita harus hati-hati,” ungkap Zubair saat pertemuan bersama asosiasi pengusaha beras di Sangatta dan OPD Terkait, Rabu 20 Agustus 2025.
Asisten II juga menegaskan, pemerintah tidak ingin masyarakat menjadi korban dari praktik dalam penjualan beras oplosan yang beredar.
BACA JUGA: Pasokan Beras Premium ke Kaltim Turun 75 Persen, Bulog Pastikan Stok Medium Melimpah
BACA JUGA: Harga Beras Premium di Balikpapan Masih di Atas HET, Pemkot Siapkan Langkah Intervensi
“Nah, kita ingin memastikan sebelum ini terjadi atau kalau sudah terjadi terlanjur jauh posisinya si beras ini” katanya.
Dia meminta para pelaku usaha beras di Kutim untuk terbuka soal kondisi yang sebenarnya yang terjadi di lapangan.
“Untuk itu saya minta kawan-kawan para pengusaha beras supaya nanti disampaikan saja apa adanya, kondisi beras di Kutim. Kalau memang sudah terlanjur ya kita diskusikan lagi bagaimana caranya supaya si beras ini aman-aman saja,” ujarnya.
Menurutnya, praktik oplosan bisa mendatangkan keuntungan sangat besar bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
BACA JUGA: Satgas Pangan Bongkar Label Palsu Beras Premium
BACA JUGA: Hasil Uji Mutu 10 Sampel Beras di Kaltim, Hanya 1 Merek yang Penuhi Standar Ditentukan
“Ada indikasi dari beras oplosan ini dalam tanda kutip mereka dapat triliunan rupiah. Tinggal kejujuran kita bekerja dengan hati. Hampir seluruh Indonesia dan ini masalah keras. Nah, kalau memang enggak terjadi, Alhamdulillah bagaimana kita menjaga selanjutnya,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, salah satu perwakilan dari asosiasi agen beras di Sangatta, Pulau Mas, Ipung mengungkapkan keresahan mereka terkait isu oplosan yang beredar di media sosial.
“Terus terang, kami ini mengalami ketakutan. Karena ada berita-berita di media sosial soal penangkapan, ada yang pidana. Kami sampai berembuk dengan asosiasi kami untuk minta penjelasan dari dinas perdagangan, ketahanan pangan, termasuk kepolisian,” ucapnya.