Beberapa pembeli dari ibu kota disebut tertarik dengan produk konsentrat dan puree nanas dari Kutim.
Tak hanya untuk konsumsi makanan, DTPHP juga melirik potensi limbah nanas seperti serat daun yang bisa dimanfaatkan untuk bahan tekstil atau kerajinan tangan.
Hal ini membuka peluang diversifikasi produk turunan nanas yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi.
“Serat daun nanas mengandung selulosa tinggi, dan bisa dijadikan bahan tekstil alami. Ini bisa jadi keunggulan baru jika dikembangkan dengan mitra industri kreatif,” jelas Dyah.
Untuk mendukung proses hilirisasi, DTPHP telah melakukan pelatihan kepada kelompok tani dan UMKM di Batu Ampar mengenai teknik pengolahan pascapanen, pengemasan, hingga strategi pemasaran.
BACA JUGA : Sungai Mahakam Surut, Harga Beras di Long Apari Mahulu Tembus Rp 1 Juta
Pelatihan ini juga melibatkan tenaga ahli dan praktisi industri.
Selain pelatihan, pemerintah daerah juga tengah mengusulkan bantuan peralatan pengolahan kepada Kementerian Pertanian agar petani bisa memproduksi olahan nanas dalam skala kecil hingga menengah.
Targetnya, dalam dua tahun ke depan sudah ada minimal lima produk olahan berbasis nanas yang dipasarkan secara luas.
Respon dari para petani pun cukup positif, mereka mengaku antusias dengan rencana hilirisasi ini karena bisa meningkatkan penghasilan mereka yang selama ini mengandalkan penjualan nanas segar dengan harga fluktuatif.
BACA JUGA : Gang Pandai Pasar Pagi Akan Ditata, Pemkot Pastikan Akses Jalan dan Fungsi Bongkar Muat Kembali Optimal