Ia pun berharap agar laboraturium itu menjadi pusat riset dan pendidikan, termasuk bagi mahasiswa program doktoral, dalam meneliti genetika penyakit dan pengembangan biomarker untuk pencegahan penyakit jangka panjang.
BACA JUGA: Direktur RSUD Abdul Rivai Sambut Kehadiran RS Swasta: Jadi Motivasi Tingkatkan Pelayanan
BACA JUGA: Alasan Pemerintah Indonesia Mau Jadi 'Kelinci Percobaan' Bill Gates di Proyek Vaksin TBC
Tak hanya itu, Jaya juga mengapresiasi dukungan dari yayasan pendidikan dan para orang tua yang mendampingi anak-anak mereka menjadi tenaga kesehatan.
Ia menyatakan optimisme terhadap kemampuan SDM lokal untuk berkontribusi dalam pengembangan kesehatan jangka panjang di daerah.
"Kita tidak boleh pesimis. Dengan talenta yang dimiliki para siswa dan dukungan dari sekolah serta orang tua, kita mampu melahirkan tenaga kesehatan unggulan untuk mengembangkan ilmu kesehatan hingga 10-20 tahun mendatang," tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya pengembangan farmasi tradisional berbasis kekayaan hayati lokal.
BACA JUGA: Kasus DBD di Balikpapan Tertinggi di Kaltim, Dinkes Ingatkan Hal Ini
BACA JUGA: 1.462 PPPK Dilantik, Pemkab Berau Dapat Tambahan 38 Nakes
Dalam seminar internasional bertajuk Pharmacy Conference yang digelar Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Jaya mengungkap bahwa Kaltim memiliki sekitar 30 ribu jenis tanaman yang berpotensi menjadi bahan baku jamu atau obat herbal.
"Zat aktif dari tanaman ini bisa dikembangkan sebagai bahan medis. Ini merupakan tantangan sekaligus warisan budaya yang harus kita kelola secara ilmiah," pungkasnya.
Jaya mengungkapkan, pihaknya akan terus berupaya menambah jumlah tenaga kesehatan, termasuk perawat, bidan, farmasis, dan dokter spesialis.
Upaya tersebut dilakukan guna memperkuat pelayanan kesehatan di Balikpapan, yang menjadi salah satu pusat layanan kesehatan utama di provinsi ini.