Sebagai langkah mitigasi, BRIN menciptakan alat deteksi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bernama Kresna.
BACA JUGA: Sidang Pra Peradilan Dugaan Korupsi DAS Ampal Balikpapan Masuki Tahap Kesimpulan
BACA JUGA: Sistem Bagi Hasil Jukir Tidak Transparan, Andi Harun Akan Libatkan Kejaksaan
Aplikasi ini mengintegrasikan indeks kekeringan dan indeks panas ekstrem untuk memberikan prediksi jangka menengah dan panjang, hingga 2 tahun ke depan.
"Kresna itu untuk memitigasi dan memberikan prediksi yang jangka menengah dan panjang sampai 2 tahun ke depan," jelas Erma.
Alat ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat untuk menentukan waktu yang aman bagi aktivitas di lahan atau hutan.
Misalnya, aplikasi ini dapat memberikan informasi tentang bulan-bulan tertentu yang memiliki risiko tinggi kebakaran, sehingga pemda dapat mengatur kebijakan seperti pelarangan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
BACA JUGA: RSJD Atma Husada Klaim Boleh Terapkan Sendiri Tarif Pelayanan Kesehatan, Tergantung Jenisnya
BACA JUGA: Penumpang Bandara APT Pranoto Samarinda Melonjak 12 Persen selama 2024
"Maka, bisa memitigasi 'Oh, tahun depan itu jangan lakukan di bulan ini karena pada saat itu terjadi indeks bahaya yang tinggi antara tadi indeks bahaya kekeringan dan juga panas ekstrem,'" tambah Erma.
Salah satu langkah preventif yang terus ditekankan adalah larangan pembukaan lahan dengan pembakaran.
Pembakaran lahan tidak hanya memicu kebakaran besar, tetapi juga memperburuk kualitas udara yang berdampak pada kesehatan masyarakat dan ekosistem.
BRIN berharap dengan alat deteksi seperti Kresna, pemerintah dan masyarakat dapat lebih siap menghadapi potensi kebakaran di masa mendatang.
BACA JUGA: 102 PPPK Formasi PPPK di PPU Masih Kosong
BACA JUGA: Rekayasa Lalu Lintas di Teluk Dalam, Akses Tenggarong-Samarinda Dialihkan
Selain itu, inovasi ini diharapkan mampu menjadi bagian dari solusi jangka panjang untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia.