Patria menjelaskan bahwa pelaku tersebut seringkali tampil dengan sikap yang baik dan sopan, yang dampak dari tindakan ini sangat besar bagi korban. Tidak hanya menyebabkan trauma psikologis yang mendalam, tetapi juga mempengaruhi kesehatan mental jangka panjang korban.
Menurutnya, pemahaman mengenai latar belakang pelaku dan pentingnya penanganan psikologis bagi korban menjadi kunci dalam menangani kasus-kasus ini secara efektif.
Sedangkan untuk mengetahui apakah pelaku memiliki gangguan mental atau tidak, Patria mengatakan bahwa diperlukan pemeriksaan psikologis.
"Pelaku harus dilakukan pemeriksaan dulu secara psikologis, nanti setelah itu baru diketahui apakah memang si pelaku ini mengalami gangguan mental," jelasnya kepada Nomorsatukaltim.
Dia menambahkan, pelecehan seksual sering terjadi di kalangan orang-orang terdekat atau mereka yang mengetahui bahwa korbannya memiliki perasaan insecure dan tidak berani melawan.
BACA JUGA:Banyak Jemaat Datang dari IKN, Gereja Santa Theresia Balikpapan Bakal Membludak saat Natal
BACA JUGA:Bus Bacitra Mulai Berbayar Mulai Tahun Depan, Segini Tarifnya
Lebih lanjut, Patria menguraikan beberapa faktor yang mendorong pelaku melakukan pelecehan seksual.
"Biasanya pelaku itu memiliki kewenangan atau relasi kuasa yang memudahkan mereka melakukan intimidasi. Atau, mereka memiliki peluang untuk melakukan pelecehan tersebut," ujarnya.
Dia juga menekankan bahwa pelaku pelecehan sering kali tampil dengan performa yang bersih dan baik, serta bersikap sopan dan religius, yang menambah kompleksitas kasus tersebut.
Sedangkan dari sisi korban, Patria menyoroti pentingnya penanganan psikologis untuk mengatasi trauma yang dialami korban, terlebih jika korbannya rata-rata masih dibawah umur.
BACA JUGA:Flare Jadi Barang Terlarang di Malam Pergantian Tahun di Balikpapan
"Jika korban tidak mendapatkan treatment psikologis untuk mengatasi traumatik yang dihadapi itu efeknya panjang, bisa depresi, anxiety, dan stres yang berkepanjangan," katanya.
Patria menambahkan bahwa stigma sosial yang menganggap pelecehan seksual sebagai aib membuat korban semakin merasa tertekan dan bahkan menyakiti diri sendiri.
Berdasarkan pengalaman menangani berbagai kasus, Patria menemukan bahwa dorongan pelaku bervariasi, mulai dari khilaf hingga kebutuhan biologis yang tidak tersalurkan dengan baik.
"Ada beberapa kasus yang saya tangani, dorongan pelaku adalah khilaf, proses bercandaan yang melewati batas etika, atau kebutuhan biologis yang tidak tersalurkan," jelasnya.