Banner DPRD Kutai Timur.----
KUTIM, NOMORSATUKALTIM - Warga Desa Senambah, Kecamatan Muara Bengkal, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), memiliki cara pandang yang berbeda mengenai harga kebutuhan pokok di bandingkan dengan masyarakat perkotaan.
Meskipun harga barang di desa cenderung lebih tinggi akibat biaya transportasi dan jarak yang jauh, warga tetap memprioritaskan ketersediaan barang daripada harga.
Menurut anggota DPRD Kutim, Julfansyah, harga barang yang lebih tinggi di desa disebabkan oleh jarak yang jauh dari kota dan biaya transportasi yang mahal. Namun begitu warga Desa Senambah tidak terlalu mepermasalahkan, yang penting barangnya tersedia.
“Orang desa di sana tidak pernah mempermasalahkan harga mahal seperti di kota. Di perkotaan, kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) sebesar Rp500 saja sudah cukup untuk memicu aksi protes. Sementara di desa, harga bisa mencapai Rp10 ribu hingga Rp12 ribu, namun mereka tidak mengeluh selama barangnya ada. Itu yang terpenting bagi mereka,” ujar Julfansyah.
Ketua Komisi D itu juga menyampaikan bahwa mayoritas penduduk Desa Senambah bekerja sebagai petani dan pekebun, terutama di sektor kelapa sawit, dengan sebagian kecil bekerja di bidang perikanan.
Ia menambahkan bahwa masyarakat setempat mengelola lahan perkebunan mereka secara mandiri tanpa adanya subsidi atau bantuan dari pemerintah.
Lebih lanjut, pria kelahiran 4 November 1967 ini menjelaskan bahwa mata pencarian di desa tersebut terbentuk melalui program pemerintah, namun ia mendorong pemerintah daerah untuk memberikan dukungan lebih lanjut kepada warga. Hal ini bertujuan agar warga Desa Senambah dapat lebih mudah menjalankan kegiatan ekonomi mereka.
“Pemerintah seharusnya menyediakan perlengkapan yang mendukung sektor perikanan, pertanian, dan perkebunan di desa ini,” imbuhnya. (*/adv)