Ada Potensi Polarisasi di Pilkada 2024, Kapolri Soroti Daerah dengan Paslon Tunggal atau Ganda

Jumat 08-11-2024,10:13 WIB
Reporter : Hariadi
Editor : Hariadi

JAKARTA, NOMORSATUKALTIM – Menjelang Pilkada Serentak 2024, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menyoroti potensi polarisasi di sejumlah daerah. 

Kapolri mengingatkan jajarannya untuk mengantisipasi situasi politik yang memanas di Pilkada 2024. 

Terutama di 37 daerah dengan pasangan calon (paslon) tunggal dan 202 daerah yang hanya memiliki 2 paslon atau ganda.

“Fenomena-fenomena yang harus kita perhatikan, pasangan calon hanya satu ini di 37 daerah, tolong ini diantisipasi. Kemudian ada pasangan dua calon di 202 daerah. Ini juga menjadi perhatian kita pasti situasinya akan hangat,” ujar Kapolri, Kamis (7/11/2024). 

BACA JUGA: Sirekap KPU Disempurnakan, Sudah Tidak Bergantung Internet di Pilkada 2024

BACA JUGA: Pilkada Berau 2024: Beberapa Lembar Surat Suara Rusak, Murni Akibat Human Error

Kapolri mengingatkan, agar pengalaman pada Pilkada sebelumnya dapat menjadi pelajaran, khususnya terkait sengketa pilkada dan potensi kerusahan antar massa.

Kapolri juga meminta agar Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan jajaran kepolisian siap menghadapi setiap potensi konflik yang mungkin muncul, mengingat Pilkada kali ini dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia. 

Jenderal Listyo Sigit mengingatkan bahwa pelaksanaan serentak ini membuat potensi polarisasi akan lebih tinggi dibandingkan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres). 

“Tentunya ini membutuhkan kesiapan rekan-rekan dalam hal menghadapi potensi polarisasi yang tentunya akan lebih tinggi dibandingkan dengan Pilpres,” ungkapnya.

BACA JUGA: Dukung Program Makan Bergizi Nasional, Kepolisian di Kukar Berbagi Makanan di Sekolah

BACA JUGA: Dikira Asap Orang Bakar Sampah Ternyata Rumah Terbakar, Dua Rumah Hangus

Selain potensi konflik di lapangan, Kapolri menyoroti ancaman disinformasi dan misinformasi sebagai tantangan serius di Pilkada 2024, terutama di media sosial. 

Menurutnya, interaksi media sosial yang sangat tinggi dapat memicu potensi konflik. 

Karena, kata Listyo Sigit, dari 33 miliar interaksi media sosial, sebanyak 29 persen konten di antaranya mengandung narasi negatif. 

Kategori :