Jadikanlah, ya Allah, bagi kami jalan untuk mendapatkannya tanpa payah, lelah, sukar, serta meminta-minta. Jauhkanlah kami, ya Allah, dari yang haram bagaimana pun, apa pun, dan di mana pun serta pada siapa pun.
Lepaskanlah ikatan antara kami dan orang-orang tersebut, dan genggamlah dari kami tangan-tangan mereka, dan palingkanlah wajah-wajah dan hati mereka dari kami, sehingga kami tidak tertarik kecuali sesuatu yang Engkau ridhai, dan kami tidak memohon pertolongan dengan (menggunakan) kenikmatan dari-Mu kecuali di dalam hal-hal yang Engkau sukai dan Engkau ridhai dengan rahmat-Mu, wahai Zat Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi.”
Setelah terbangun dari mimpi tersebut, Abu Muhammad al-Baghdadi akhirnya keluar dari kondisi fakir yang sangat melarat, menjadi pribadi yang kaya, tercukupi semua kebutuhan dan keinginan. Ia mengatakan,
BACA JUGA:Ucapan Duka Untuk Ismail Haniyeh Diblokir Instagram, Balasan Pemerintah Turki: Blokir Balik
“Abu Muhammad al-Baghdadi berkata: maka ketika aku menyempurnakan (membacanya), datanglah kepadaku kekayaan setelah sempurnanya satu bulanku.” (Syekh Ahmad al-Mazidi, Majmu’ah ar-Rasail fi Itsbati Karamatil Auliya, [Beirut: Darul Kutub Ilmiah, tt], halaman 244).
Lebih lanjut, Syekh Ahmad al-Mazidi juga menjelaskan bahwa amalan shalawat di atas juga dialami oleh Imam al-Qasthalani, ia mengatakan bahwa mimpi yang sama juga datang kepadanya, kemudian setelah al-Qasthalani mengamalkan shalawat tersebut dengan istiqamah, ia tumbuh menjadi orang yang kaya, semua kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Itulah shalawat dari Rasulullah yang memiliki faedah dan keutamaan luar biasa, yaitu bisa umat Islam terhindar dari kafakiran dan kemelaratan. Sebagaimana dialami oleh Abu Muhammad al-Baghdadi dan al-Qasthalani, dengan wasilah membaca shalawat yang telah diajarkan Nabi Muhammad tersebut, keduanya bisa keluar dari kesulitan dalam hal materi.