
Menurut Claude Guillot dalam karyanya "Barus Seribu Tahun yang Lalu" (2008), terdapat bukti sahih lain terkait lokasi penghasil kamper. Guillot menyimpulkan bahwa terdapat tiga kawasan tempat kamper tumbuh secara alami yang perlu diperhatikan, yaitu Sumatera, Semenanjung Melayu, dan Borneo (Kalimantan).
Namun, Guillot lebih spesifik dalam mengidentifikasi lokasi tersebut, yaitu daerah Barus di Sumatera.
"Kami dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar atau seluruh kamper yang diperdagangkan sebelum kira-kira abad ke-10 Masehi dan penemuan kamper di Borneo berasal dari utara Sumatera, yakni Barus," tulis Guillot.
Ya, jika mengacu pada klaim Claude Guillot, dapat disimpulkan bahwa kamper yang disebut dalam Al-Quran, riwayat Nabi Muhammad, atau digunakan dalam pengawetan mumi di Mesir berasal dari Barus, Sumatera.
BACA JUGA : Ingin Mudik Pakai Sepeda Motor? Wajib Ikuti Tips Berikut Kalau Mau Panjang Umur
Menurut sejarawan Jajat Burhanudin dalam "Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia" (2020), Barus sudah dikenal dalam dunia perdagangan sejak zaman kuno. Nama Barus telah disebut sebagai bandar kuno sejak abad ke-1 Masehi berdasarkan catatan ahli Romawi, Ptolemy. Terutama, pedagang Arab sering mengunjungi daerah tersebut melalui rute khusus.
Jajat Burhanudin menduga bahwa pedagang Arab dan Persia tiba di Barus dengan perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon, dan kemudian tiba di Pantai Barat Sumatera.
Pada titik ini, Barus terbukti sebagai daerah penghasil kamper yang penting dan telah berkembang menjadi pelabuhan utama di Sumatera.
Hal ini menunjukkan pentingnya Barus dalam sejarah perdagangan maritim di Nusantara dan pengaruhnya dalam perdagangan internasional pada masa itu.
Seiring berjalannya waktu, Barus menjadi pelabuhan yang sangat penting pada era Kerajaan Sriwijaya abad ke-10.
BACA JUGA : Mi Instan untuk Sahur: Solusi Praktis atau Mengundang Masalah?
Menurut Denys Lombard dalam "Nusa Jawa Silang Budaya" (1996), kamper menjadi barang dagangan yang sangat diminati di pasar internasional pada masa itu.
Banyak pengembara Arab yang mengunjungi Barus menggunakan kapal-kapal besar untuk mengangkut kamper.
Peran penting kamper tidak hanya dalam sektor perdagangan, tetapi juga dalam aspek keagamaan. Sejarah Indonesia mencatat bahwa berkat perdagangan kamper, terjadi proses Islamisasi di Nusantara pada abad ke-7 Masehi.
Hingga saat ini, kamper dari Barus masih terus diperdagangkan, menunjukkan keberlanjutan peran pentingnya dalam sejarah perdagangan dan kebudayaan di wilayah tersebut.