SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Rumah Sakit Islam (RSI) Samarinda kini tidak lagi seramai dahulu. Bangunan bersejarah yang dulunya merupakan pusat pengobatan masyarakat, kini beralih fungsi. Menjadi rumah ‘hantu’.
Rumput ilalang mulai meninggi hingga di atas kepala orang dewasa. Lantai yang menjadi tempat pejalan kaki pun tertutup oleh semak belukar. Hampir tidak terlihat lagi keramik yang menjadi dasar bangunan. Langit-langit bangunan tidak lagi terlihat rapi seperti sedia kala. Semua hancur. Berlubang dan penuh lumut.
Sekeliling pemandangan tidak ada aktivitas manusia. Cuma ada bangku-bangku kosong yang berkarat, hingga tembok yang mulai berlumut. Tidak cuma itu. pohon-pohon dengan daun yang lebat menjulang tinggi, dengan akar dan ranting yang menjuntai panjang ke bawah hingga menyentuh tanah. Semakin bertambahlah suasana horor di dalam bangunan Rumah Sakit Islam Samarinda.
Salah satu koridor di dalam Rumah Sakit Islam Samarinda.-youtube/BucinTV-
Begitulah pemandangan yang ditampilkan youtuber Dafi Tuasamu lewat channel youtube Bucin TV. Hingga kini, siaran yang diupload September 2023 lalu itu sudah tembus 700 ribu tayangan. Dalam siaran tersebut, Dafi mengeskplore semua sisi bangunan terbengkalai rumah sakit. Mulai bangunan lama yang seluas 4.237 meter persegi di bagian depan. Sampai gedung baru lebih dari tiga tingkat di bagian belakang yang mangkrak.
“Sebelah kanan kaya bukit-bukit gitu, sebelah kirinya, bangunan sudah dipenuhi semak-semak,” kata Dafi menunjukkan dalam kontennya.
Untuk memastikan kembali kondisi terbaru RSI, kru redaksi menyambangi rumah sakit tersebut. Dua kali. Yakni pada Minggu 21 Januari 2024, ketika polemik mengenai pembongkaran pagar bermula. Di hari itu nyaris tidak ada aktivitas apapun. Pintu masuk utama dirantai dan digembok. Hanya ada satu ruangan di sebelah kiri yang terdapat penerangan di dalamnya. Itu pun dikunci juga.
Di bagian depan rumput semak belukar mulai merambat hingga parkiran. Beberapa mobil terlihat santai parkir di sana. Di bagian seberang bangunan rumah sakit, yang merupakan Kantor Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsi) juga tertutup. Cuma ada beberapa penjual makanan sedang menjaja dagangan mereka.
Esok hari, Senin 22 Januari 2024, kondisinya juga tidak berubah. Kata salah seorang warga sekitar yang kebetulan melintas bilang, kalau rumah sakit cuma dijaga wakar.
“Setahu saya cuma ada wakar yang jaga. Itu juga enggak full (penuh,red). Ya kadang ada kadang enggak,” ucap laki-laki paruh baya yang enggan disebut namanya.
Laki-laki itu sendiri merupakan warga yang berdomisili di Jalan Gurami, lokasi tempat RSI Samarinda berada. Sebelum adanya konflik antara pihak yayasan dengan pemprov Kaltim, rumah sakit ini selalu ramai didatangi pasien. Tapi sejak konflik terjadi, perlahan pasien yang datang mulai berkurang. Bahkan ia pernah berobat di sini.
Kami pun mencoba mendatangi bagian belakang gedung, tempat dimana pagar rumah sakit sempat hendak dibongkar oleh Pemkot Samarinda. Nihil. Tidak ada aktivitas apa-apa.
Akar masalah rumah sakit ini bermula pada 2016 lalu. Saat itu operasional RSI ditutup karena konflik yayasan dengan Gubernur Awang Faroek Ishak. Itu bermula dari sebuah SK Gubernur Kaltim pada 25 Juli 2016 terbit. Dalam SK tersebut, RSI yang menggunakan bangunan pemprov, pengelolaannya menjadi di bawah manajemen RSUD AW Sjahranie yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kaltim.
Lalu Pemprov Kaltim dan Yarsi pun melakukan Memorandum of Understanding (MoU) pada 3 Agustus 2016. Saat itu penandatanganan dilakukan Direktur Utama RSUD Abdul Wahab Sjahranie (RSUD-AWS) Samarinda Rahim Dinata Majidi dengan Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsi) Samarinda Ramli Yahya.